Instagram

Friday, February 19, 2016

Penginjilan dan Pertumbuhan Gereja




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Gereja sudah seharusnya menjadi jawaban bagi dunia ini dan selamanya Gereja harus melayani. Gereja adalah alat sekaligus wakil dari Roh Kudus untuk melaksanakan rencana dan maksud yang telah ditetapkan Tuhan Yesus Kristus, untuk menjangkau seluruh umat manusia ke seluruh dunia sesuai dengan Amanat Agung, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Mat 28:18-20.[1]
Amanat Agung ini ditujukan kepada semua orang, yang berarti tidak mengenal suku, bangsa dan agama, tugas kita sebagai orang percaya adalah tetap memberitakan kabar baik dengan cara yang baik dan benar. Tentunya ini juga tugas Gereja untuk melatih jemaatnya, dalam khotbah, pendalaman Alkitab, komunitas sel atau sekolah Alkitab, supaya dapat memberitakan injil dengan cara-cara yang praktis dan mudah dimengerti. Sehingga tidak hanya sekedar memenangkan jiwa saja, tetapi Gereja juga bertumbuh secara kualitas maupun secara kuantitas.
1.2  Tujuan dari Tema
Dalam pengembalaan dan penginjilan kita dapat membantu pertumbuhan Gereja dengan menjadikan semua bangsa murid Yesus" dan "jadi saksi Yesus", sehingga banyak orang yang datang sujud menyembah Tuhan. Tujuan penginjilan juga adalah menghasilkan buah-buah Injil. Firman Allah, ketika diberitakan dengan kuasa Roh Kudus akan dapat merobohkan segala kubu perlawanan di dalam pikiran manusia dan membawa hati manusia kembali untuk menaklukkan diri di hadapan takhta Allah,[2] dan juga supaya orang-orang mengerti bahwa Allah menawarkan keselamatan dan supaya mereka menerima keselamatan itu dengan iman, lalu hidup sebagai murid Yesus. Seperti yang ditetapkan dalam Perjanjian Lausanne, "Menginjili ialah memberitakan Kabar Baik bahwa Yesus Kristus mati bagi dosa-dosa kita, dan Ia sudah dibangkitkan dari antara orang mati, menurut Kitab Suci. Dalam pertumbuhan gereja yang sehat tidak pula ditentukan dari banyaknya orang dan ramainya orang berkumpul dalam suatu peribadatan yang berlangsung di hari Minggu atau tengah minggu. Keseimbangan antara kualitas dan kuantitas tentu sangatlah penting. Kualitas iman yang baik dari perkumpulan orang percaya harus dapat menarik banyak orang datang kepada Allah. Namun sebuah realitas yang baru harus dipahami bahwa gereja yang bertumbuh harus pula dapat mengembangkan pos-pos pelayanan yang pada akhirnya didewasakan dan terus berkembang. Jadi gereja yang bertumbuh harus dapat menyebar, sesuai dengan Amanat Agung. "Pertumbuhan gereja adalah suatu disiplin ilmu yang menyelidiki sifat-sifat, perluasan, perintisan, pelipatgandaan, fungsi, dan kesejahteraan gereja-gereja Kristen dalam hubungannya dengan penerapan yang efektif dari amanat Allah untuk "menjadikan semua bangsa murid-Nya" (Matius 28:18-20)

1.3  Indikator
1.      Jemaat dapat memahami dan mengerti pengertian dari Penginjilan
2.      Jemaat dapat memahami dan mengerti pengertian dari Pertumbuhan Gereja
3.      Jemaat dapat mengetahui hubungan antara Penginjilan dan Pertumbuhan Gereja
4.      Dapat mengimplikasikan dalam kehidupan pelayanan bergereja

1.4  Pembahasan
1.      Pengertian dari Pengembalaan dalam Pertumbuhan Gereja
2.      Pengertian dari Penginjilan dalam Pertumbuhan Gereja
3.      Pengertian dalam Pertumbuhan Gereja






BAB II
DESKRIPASI
Penguraikan dan penjelasan dari segi etimologisnya mengenai Misi, sehingga kita dapat memahami arti penginjilan itu apa dan dapat dalam pertumbuhan Gereja. Missiologi berasal dari kata dalam bahasa Latin missio dan bahasa Yunani logos. Mission berarti perutusan dengan pesan atau message khusus untuk disampaikan atau tugas khusus untuk dilaksanakan. Logos berarti ilmu atau studi, kata atau wacana, yang dari beberapa pengertian itu kita bisa mengambil kesimpulan bahwa misiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang perutusan. Berangkat dari segi etimologis dari kata itu, missiologi kurang lebih bisa diartikan sebagai tugas atau pesan khusus yang harus disampaikan dengan cara yang khusus pula.[3] Dalam rangka merefleksikannya secara teologis maka missiologi tidak hanya ilmu tentang perutusan melainkan juga adalah teologi tentang perutusan karena menyangkut refleksi serta tanggapan ilmiah tentang dimensi iman gereja kepada Allah dan Yesus Kristus serta keterbukaan gereja terhadap dunia. Gereja mengalami bahwa telah dipanggil dalam iman kepada Tritunggal itu dan diutus untuk mewartakan kabar sukacita kepada seluruh suku bangsa sampai ke ujung dunia.[4]  Pekabaran Injil berasal dari Allah (Missio Dei). Keinginan untuk pekabaran Injil dari semula sudah berada di dalam rencana dan tindakan  Allah. Pekabaran Injil bukanlah sebuah gagasan Perjanjian Baru atau beberapa ayat Alkitab saja, tetapi pekabaran Injil terdapat di seluruh Alkitab yang berarti bahwa misi itu merupakan sebuah kebutuhan dan juga tanggung jawab yang sangat besar bagi gereja bagi rencana Allah untuk dunia ini secara holistik.
            Kata misi sangat sering juga kita dengar dalam ruang lingkup gereja, yang berkaitan dengan tugas penginjilan dan pelayanan gereja di tengah-tengah dunia ini. Berangkat dari pengertian misi lalu kaitannya dengan tugas gereja ditengah-tengah dunia ini penulis akan memberikan beberapa gambaran terkait tugas tersebut. Masa kini, gereja tinggal memelihara dan memupuk jemaat hasil dari penginjilan yang lama, sangat sedikit sekali gereja yang mengutus pendeta atau penginjil ( missioner ) ke daerah-daerah yang benar-benar baru untuk memberitakan Injil atau melaksanakan misi seperti perintah yang disampaikan oleh Yesus dalam Amanat Agung. Menginjil ialah memberitakan Kabar Baik yang mencakup segenap daya upaya gereja dalam rangka memberitakan tentang kasih Allah, tentang dosa manusia yang kemudian melalui kematian Kristus beroleh pengampunan dengan menerima Dia sebagai Juruselamat. Penginjilan adalah berita anugerah bahwa ada pengampunan dosa oleh Allah melalui Yesus yang mati di kayu salib.[5]  Tugas gereja yang merupakan sebagai sarana penginjilan ini, diharapkan bisa dilaksanakan dengan seefektif mungkin agar mencapai sasaran dan tujuan yang telah disebutkan dalam Amanat Agung tersebut. Tugas gereja ialah pergi untuk membaptiskan dan mengajarkan kepada setiap orang, setiap suku bangsa dibumi tentang kasih Yesus yang tidak ingin ada satupun dari umat-Nya yang terhilang dari kawananannya
1.      Pengertian dari Pengembalaan dalam Pertumbuhan Gereja
Ukuran keberhasilan dalam pelayanan penggembalaan tidak bisa diukur dari kuantitas belaka tanpa memperhitungkan kualitas rohani. Justru penilaian kualitas rohani inilah yang lebih penting dari sekedar jumlah (kuantitas). Dalam surat-surat penggembalaan, Paulus selalu menasihati Timotius dan Titus untuk meningkatkan kualitas jemaat melalui ajaran-ajaran yang sehat, dan memperingatkan jemaat bahaya-bahaya atau ancaman-ancaman terhadap pertumbuhan kerohanian mereka.
Nampaknya, bagi Paulus jumlah jemaat merupakan prioritas kedua, namun kualitas jauh lebih penting. Tuhan akan merasa lebih senang melihat para penatua, diaken, dan para penilik jemaat memenuhi kriteria yang ditetapkan dan selanjutnya mempertahankan hidup rohani mereka sesuai kriteria dan standar yang benar dan sesuai dengan kehendak-Nya. Tuhan juga akan lebih senang melihat para umat-Nya tidak hanya berdoa bagi kepentingan mereka sendiri, tetapi kepentingan semua orang, termasuk para pembesar dan aparat pemerintah yang mungkin tidak mereka sukai atau menindas mereka, karena pada dasarnya Allah menginginkan keselamatan semua orang.[6]
Jadi, ukuran keberhasilan dalam pertumbuhan gereja dan pelayanan penggembalaan, harusnya diutamakan pada peningkatan kualitas rohani, sehingga kuasa doa dan karya Roh Kudus tidak sia-sia. Bila kualitas jemaat meningkat karena doa dan karya Roh Kudus, maka secara otomatis ini merupakan magnet yang mampu menarik banyak orang sehingga jumlah jemaat akan meningkat pesat.
Secara umum pelayanan penggembalaan masa kini masih mengacu pada Alkitab yang diyakini sebagai Firman Tuhan. Dengan demikian, apa yang dicantumkan dalam Alkitab harus tetap up to date dan berlaku abadi sampai kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali. Doa malahan lebih dan semakin dibutuhkan di tengah masyarakat yang semakin beragam dan semakin menuntut. Tanpa doa mustahil gereja bisa bertahan. Tanpa doa yang terus menerus (Ef 6:18-20) dari jemaat, pelayanan akan goyah dan mungkin hancur total. Ini juga berlaku Indonesia yang masih diliputi ketidakpastian (dalam bidang poleksosbud) tentunya sangat membutuhkan doa syafaat yang berkelanjutan untuk pemulihannya.[7]
Di samping itu, seperti urapan yang turun ke atas Yesus dalam Luk 4, peran Roh Kudus masih dan akan tetap dibutuhkan oleh setiap gembala. Kuasa inilah yang mampu memenuhi kebutuhan jemaat, baik secara fisik (sakit penyakit) maupun psikis - misalnya lemah mental, dan sebagainya. Kejahatan manusia yang semakin meningkat sedikit banyak pasti mempengaruhi iman dan pertumbuhan rohani seseorang. Peran Roh Kudus yang senantiasa mengingatkan dapat "dimanfaatkan" untuk membangun jemaat ke arah pertumbuhan rohani yang lebih baik.
2.      Pengertian dari Penginjilan dalam Pertumbuhan Gereja
Kitab yang menjadi pegangan utama mengenai penginjilan ke seluruh dunia dan pertumbuhan Gereja adalah Kitab Kisah Para Rasul. Kita tidak akan salah dalam memahami maksud penulis jika kita menerima ayat pendahuluan sebagai pernyataan tujuan dari kitab ini, serta Kisah Para Rasul 1:8 sebagai tema utama untuk menafsirkan bagian atau perikop pendahuluan tersebut.[8]
John Mott[9] pernah berkata: “Penginjilan itu berarti memperkenalkan Yesus Kristus, sehingga ia dikasihi, dipercayai dan ditaati”. Menurut D.T. Niles, penginjilan itu seumpama menerangkan kepada orang yang hampir mati kelaparan dan dahaga, dimana ia dapat menemukan makanan dan minuman.[10] Singkatnya, penginjilan adalah "memberitakan Kabar Baik tentang Kristus". Penginjilan itu lebih daripada sekadar metode; penginjilan adalah sebuah berita. Berita tentang kasih Allah, tentang dosa manusia, tentang kematian Kristus, tentang penguburan-Nya, dan kebangkitan-Nya. Penginjilan adalah berita tentang pengampunan dosa dari Allah. Penginjilan adalah berita yang menuntut suatu tanggapan menerima Injil itu dengan iman, lalu menjadi murid Yesus. Istilah "penginjilan" mencakup segala usaha untuk memberitakan Kabar Baik tentang Yesus Kristus. Tujuannya ialah supaya orang-orang mengerti bahwa Allah menawarkan keselamatan dan supaya mereka menerima keselamatan itu dengan iman, lalu hidup sebagai murid Yesus. Menginjili ialah memberitakan Kabar Baik bahwa Yesus Kristus mati bagi dosa-dosa kita, dan Ia sudah dibangkitkan dari antara orang mati, menurut Kitab Suci.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, penginjilan harus berpusatkan pada Kristus. Seperti yang dikatakan oleh Samuel Boon, bahwa penginjilan bukan hanya sekedar memberitakan tentang Kristus, tetapi tindakan atau kehidupan penginjil juga harus menceritakan Kristus atau Injil itu sendiri. Penginjilan harus mencakup dua aspek baik secara verbal maupun tindakan, karena orang lebih mudah meneladani seseorang yang bertindak dibandingkan dengan yang hanya berbicara saja. Sehingga kehidupan seorang penginjil harus dijaga dengan baik.
Sehingga prinsip-prinsip penginjilan dari Amanat Agung dapat kita lihat bahwa:
Amanat adalah pesan atau perintah.[11] Biasanya amanat diberikan karena orang tersebut akan meninggalkan dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan. Bisa jadi amanat diberikan waktu seseorang merasa usianya sudah tidak lama lagi di dunia. Sebelum Yesus terangkat ke Sorga, Ia memberi pesan sekaligus perintah kepada murid-muridNya. Perintah ini lebih sering dikenal dengan nama Amanat Agung. Perintah Yesus untuk mewartakan kabar gembira ke semua orang di seluruh dunia. Inilah yang seringkali disebut dengan penginjilan. Ada beberapa prinsip penginjilan yang dapat kita pelajari dari Amanat Agung ini (Mat 28:18-20).

A. Target Jiwa.
Alkitab mencatat bahwa target penginjilan adalah “semua bangsa” (Mat 28:19). Mungkin terlihat mustahil untuk menginjil ke semua bangsa di seluruh dunia ini, karena terlalu banyak jumlah penduduknya. Tetapi dalam Kis 1:8 diingatkan kepada kita untuk memulai dari tempat kita terlebih dahulu. “…kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Yerusalem pada saat itu adalah tempat murid-murid Yesus berada. Artinya dalam menginjil, kita tidak harus selalu ke tempat yang jauh, tetapi dari lingkungan sekitar terlebih dahulu. Tentunya masih banyak orang yang belum percaya di lingkungan kita.
B. Empat perintah (amanat) Tuhan Yesus.
Dalam Amanat Agung terdapat empat kata perintah secara langsung yang Yesus katakan kepada murid-muridNya. Kata ini mengandung makna yang sangat mendalam dalam penginjilan.
Ay.19. Pergilah!
Yesus dengan jelas memberi perintah kepada murid-muridNya untuk pergi menjangkau jiwa. Untuk memenuhi Amanat Agung kita tidak bisa tinggal di dalam zona kenyamanan kita. Tetapi kita harus pergi mencari jiwa yang terhilang. Kita harus pergi memberitakan kabar gembira. Tentunya seperti yang sudah dibahas sebelumnya, itu semua dimulai dari lingkungan sekitar kita. Kita harus membuat tujuan secara spesifik, kemana kita akan memulai penginjilan kita. Mungkin dari pembantu di rumah, atau dari saudara kita yang belum percaya. Kita bisa menjalin persahabatan terlebih dahulu sebelum menguraikan kebenaran firman Tuhan, karena biasanya orang akan dengan mudahnya menolak tawaran kita, apabila belum mengenalnya. Untuk itulah kita harus memulai dengan menjadi sahabatnya terlebih dahulu, sehingga kita bisa juga menyisipkan kebenaran firman Tuhan dalam setiap percakapan.
Ay.19. Jadikanlah semua bangsa murid-Ku!
Perintah yang kedua adalah menjadikan semua bangsa murid Yesus. Yang artinya kita harus memuridkan target jiwa tersebut. Sebelum memuridkan orang lain, tentunya kita juga harus menjadi murid Yesus terlebih dahulu. Untuk itulah pengetahuan tentang Alkitab sangat penting. Kita sebagai mahasiswa Teologi bertanggung jawab untuk mengajar anak-anak Tuhan yang tidak belajar Teologi secara akademis. Sehingga kita bisa memberi pengajaran kepada anak-anak Tuhan yang rindu menginjil melalui pendalaman Alkitab dalam suatu Gereja. Dan setelah mereka belajar menjadi murid, mereka juga bisa memuridkan orang lain. Semua bangsa bukan pekerjaan yang mudah, tetapi dengan bantuan jemaat Tuhan yang rindu melayani, pasti akan mempengaruhi penginjilan kita.
Ay.19. Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus!
Baptisan air melambangkan kematian kita terhadap dosa, dan bersama dengan Kristus kita dibangkitkan untuk hidup baru (Rom.6:3-4). Kita dilahirkan kembali oleh air dan Roh (Yoh.3:5). Baptisan menandai hidup baru itu dan bahwa kita dibersihkan dari dosa (1Ptr.3:21). Maka makna baptisan adalah tindakan iman bahwa kehidupan lama dengan seluruh dosa kita dikuburkan bersama kematian dan penguburan Yesus Kristus Tuhan dan dibangkitkan bersama dengan Kristus Yesus oleh kemuliaan Allah, dan memperoleh hidup baru didalam Yesus Kristus.
Perintah ketiga adalah perintah untuk membaptis. Apabila Tuhan Yesus menyempatkan diri untuk memberi pesan sebelum naik ke sorga berarti hal ini sangat penting bagi kehidupan orang percaya. Baptisan sangat penting, karena apabila baptisan tidak penting, maka tidak mungkin Yesus yang tidak berdosa (Luk 1:35; Ibr 4:15; 1Yoh 3:5) menyempatkan diri meminta diriNya sendiri untuk dibaptis. Berarti Yesus sudah menjadi teladan yang baik dalam hal ini. Untuk itulah kita juga harus mengajar target jiwa kita untuk memberi dirinya dibaptis.
Ay.20. Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu!
Perintah keempat yang Yesus berikan kepada kita adalah perintah untuk mengajar. Pengajaran sangat penting untuk mengkokohkan iman seseorang, untuk itulah kita juga harus mengorbankan waktu, tenaga dan materi untuk mengajar target jiwa kita. Karena pengenalan yang dangkal terhadap Tuhan Yesus Kristus, keraguan yang timbul dan pertanyaan- pertanyaan yang tidak terjawab hanya akan membuat orang-orang tersebut tidak dapat berdiri dengan teguh pada kebenaran yang kudus. Karena itu, perlu ada pengajar-pengajar yang terus meneguhkan dan mengokohkan iman percayanya kepada Tuhan, sehingga mereka dapat terus bertumbuh dan tidak mudah digoyahkan oleh apa pun juga. Tugas kita tidak berhenti sampai tahap pengenalan kepada Yesus Kristus saja, tetapi tugas kita juga harus sampai kepada pengajaran tentang Yesus Kristus supaya mereka tidak tersesat lagi. Untuk itulah kita juga harus selalu belajar Alkitab, sehingga bisa menjadi jawaban bagi mereka yang mempertanyakan iman Kristen.
C. Janji Tuhan Yesus.
Yesus tidak hanya memberi amanat lalu lepas tangan, tetapi Yesus juga berjanji kepada kita bahwa Dia akan menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat 28:20). Mungkin kita merasa khawatir karena ketidakmampuan kita dalam menginjil, tetapi dalam ayat 20, Yesus berjanji kepada kita untuk selalu mendampingi kita. Untuk itulah kita harus menginjil sesuai dengan kemampuan kita. Apabila kita bertindak maka Tuhan juga akan melakukan bagianNya. Sehingga kita tidak perlu khawatir lagi, karena Tuhan beserta kita.
3.      Pengertian dalam Pertumbuhan Gereja
Kata pertumbuhan memiliki kata dasar tumbuh, yang artinya adalah timbul (hidup) dan bertambah besar atau sempurna. Sedangkan pertumbuhan itu sendiri adalah perkembangan atau kemajuan.[12] Sedangkan kata Gereja adalah gedung atau rumah tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen.[13]
Sebagaimana kehidupan tanaman memerlukan pertumbuhan secara alami, maka gereja pun memerlukan pertumbuhan yang berlangsung secara sehat dan alamiah. Suatu tumbuhan dapat bertumbuh dengan baik bila terdapat ketersediaan media dan sari makanan yang cukup. Demikian pula gereja dapat bertumbuh dengan baik bila kehidupan orang-orang percaya di dalamnya memiliki kehidupan yang memaknai kebenaran firman Allah dalam kehidupan sehari-hari sebagai makanan rohani bagi pertumbuhan tersebut. Sehingga dengan demikian pertumbuhan gereja tidak dapat didasarkan pada karya tangan manusia. Megahnya sebuah gedung ibadah, peralatan musik, dan meriahnya suasana perkumpulan bukan sebuah indikator utama dalam sebuah pertumbuhan Gereja. Hal tersebut dilihat secara obyektif bahwa ada orang-orang Kristen yang mengalami penganiayaan, mereka berada di tempat yang sunyi dan besembunyi di balik batu-batu untuk beribadah. Mereka memiliki iman yang tidak kalah dengan orang-orang di perkotaan yang sering kali nyaman dengan kehidupan gereja yang melimpah dalam hal fasilitas. Dalam pertumbuhan gereja yang sehat tidak pula ditentukan dari banyaknya orang dan ramainya orang berkumpul dalam suatu peribadatan yang berlangsung di hari Minggu atau tengah minggu.
Dengan demikian sebaiknya orang Kristen melihat lebih dalam lagi untuk memahami arti pertumbuhan yang sesungguhnya. Keseimbangan antara kualitas dan kuantitas tentu sangatlah penting. Kualitas iman yang baik dari perkumpulan orang percaya harus dapat menarik banyak orang datang kepada Allah. Namun sebuah realitas yang baru harus dipahami bahwa gereja yang bertumbuh harus pula dapat mengembangkan pos-pos pelayanan yang pada akhirnya didewasakan dan terus berkembang. Jadi gereja yang bertumbuh harus dapat menyebar, sesuai dengan Amanat Agung. "Pertumbuhan gereja adalah suatu disiplin ilmu yang menyelidiki sifat-sifat, perluasan, perintisan, pelipatgandaan, fungsi, dan kesejahteraan gereja-gereja Kristen dalam hubungannya dengan penerapan yang efektif dari amanat Allah untuk "menjadikan semua bangsa murid-Nya" (Matius 28:18-20). Para penyelidik pertumbuhan gereja berusaha keras untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip teologi yang abadi dari firman Allah perihal perluasan gereja dengan wawasan-wawasan yang mutakhir di bidang ilmu-ilmu sosial maupun ilmu-ilmu perilaku. Hal di atas dilakukan dengan menggunakan sebagai kerangka acuan awal, landasan-landasan tentang pertumbuhan gereja yang telah dikembangkan oleh Donald McGavran."
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa hal-hal yang dibahas dalam pertumbuhan gereja tidak secara otomatis berhubungan dengan penginjilan. Perintisan gereja biasanya bukan merupakan bagian dari penginjilan. Proses mendiagnose kesehatan/kesejahteraan suatu gereja biasanya juga bukan termasuk bagian dari penginjilan. Banyak tentang pendewasaan warga jemaat dan penerimaan anggota-anggota baru dibahas dalam pertumbuhan gereja. Hal-hal yang berhubungan dengan karunia- karunia rohani maupun teori-teori dinamika kelompok kecil sangatlah penting bagi pertumbuhan gereja.
Dalam pertumbuhan Gereja juga memiliki prinsip-prinsip yaitu:
Prinsip berarti asas kebenaran yang menjadi dasar berpikir maupun bertindak,[14] berdasarkan definisi yang disampaikan maka prinsip pertumbuhan gereja adalah asas kebenaran yang menjadi dasar berpikir maupun bertindak dalam perkembangan maupun perluasan tubuh Kristus baik dalam kualitas maupun kuantitas.
A. Berpusat pada Tuhan Yesus Kristus.
Alkitab mencatat, “Gereja adalah tubuh Kristus,” (Ef 1:23; 4:12-16 dan Kol 1:24). “Tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan” (Kis 2:47). Jelas sekali ayat-ayat ini menerangkan bahwa orang yang diselamatkan (Kualitas yang tidak nampak), tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka (Kuantitas yang nampak). Ini adalah makna pertumbuhan Gereja.
Ide pertumbuhan Gereja bukan berasal dari pikiran manusia, namun dari kehendak Allah sendiri. Tatkala Allah menciptakan manusia, Ia memberi mereka agar mereka berkembang biak memenuhi bumi. (Kej 1:27-28)[15] dan Tuhan Yesus juga memerintahkan murid-muridNya untuk pergi ke ujung bumi untuk memberitakan Injil kepada semua orang, serta membaptisnya (Mat:28:19-20). Maka ide pertumbuhan Gereja adalah berasal dari kehendak Allah sendiri. Karena Allah tidak menghendaki manusia binasa, melainkan menghendaki semua orang diselamatkan dan percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Juru Selamat pribadi dan beroleh hidup yang kekal (IIPet 3:9; Yoh 3:16). Sehingga pertumbuhan Gereja berpusat kepada Tuhan Yesus Kristus bukan kepada manusia.
B. Pertumbuhan Gereja dan Pekerjaan Roh Kudus.
Gereja bertumbuh bersandarkan pada Roh Kudus (Kis 2:37-47), seperti yang telah dikatakan oleh Alkitab bahwa Roh Kudus di curahkan pada hari pentakosta. Setelah peristiwa pentakosta pertumbuhan Gereja pun menjadi nyata, Alkitab mencatat bahwa “Allah mulai menambahkan jumlah mereka” (Kis 2:47), dari sini nyata bahwa pertumbuhan gereja itu telah terjadi sebagaimana relasi ketritunggalan Allah, pekerjaan Roh Kudus adalah sebagai pemelihara, penghibur. Sebagaimana Gereja yang dipimpin oleh Roh Kudus harus menjadi saksi yang sempurna bagi Tuhan Yesus, sehingga Gereja menjadi jawaban bagi dunia. Alkitab mengajarkan sebagai berikut, Kita harus menerima pengajaran Roh Kudus tentang seluruh kebenaran (Yoh 14:26), taat kepada bimbingan Roh Kudus, masuk dalam segala kebenaran (Yoh 14:26), taat pada perintah Roh Kudus, menjalankan segala kebenaran (Rom 8:5-11), menerima teguran Roh Kudus, bertobat dari dosa (Wah 2:3), menyerahkan tubuh kita supaya di penuhi oleh Roh Kudus menjadi bait Allah (1 Kor 3:16-17; 6:19-20).
C. Pertumbuhan Gereja dan Tanggung Jawab Jemaat.
Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang Maha Kuasa, Dia mempunyai kekuasaan yang mutlak dapat menjadikan segala sesuatu tanpa bantuan manusia. Misalnya dalam penciptaan langit, bumi dan segala isinya (Kej 1:2; Maz 33:6,9). Tapi Tuhan juga mau manusia ambil bagian dalam pekerjaanNya, khususnya dalam penyelamatan manusia. Misalnya Dia memerintahkan nabi Nuh membuat bahtera untuk menyelamatkan dirinya dan seisi rumahnya (Kej 6:8). Sebenarnya Allah tidak perlu nabi Nuh untuk membuat bahtera dengan kekuasanNya, Allah sanggup mengerjakan sendiri. Tetapi Allah menghendaki nabi Nuh bertanggung jawab juga dalam pekerjaan penyelamatan ini. Dan pada akhirnya memang Nuh dan sekeluarga diselamatkan, dan itu bukan karena jasanya sendiri, tetapi berdasarkan pada firman Allah, nabi Nuh menuaikan kewajibannya menurut apa yang ia harus dan dapat lakukan.
Ada beberapa  kebenaran pertumbuhan gereja dan tanggung jawab anggota jemaat, yaitu jemaat mempunyai tanggung jawab untuk memperluaskan Injil, anggota jemaat bertanggung jawab untuk bersaksi, anggota jemaat bertanggung jawab untuk memperhatikan sesamanya, anggota jemaat bertanggung jawab untuk menabur, dan anggota jemaat bertanggung jawab untuk mempergunakan karunianya.[16] Tujuan Tuhan ialah agar manusia ikut bertanggung jawab dalam pekerjaan Tuhan Yesus, dan dalam bekerjasama dengan Tuhan dapat menikmati kuasa dan kenyataan hidup kekal.
Pertumbuhan gereja merupakan kehendak Allah sehingga berbagai upaya dalam pertumbuhan gereja harus berpusat pada Tuhan Yesus Kristus. Pertumbuhan gereja juga bersandarkan pada Roh Kudus yang akan memimpin dan memberikan pertumbuhan tersebut. Selain Allah Tritunggal, manusia juga terlibat dalam mitra kerja Allah untuk pertumbuhan gerejaNya. Sehingga setiap warga jemaat diwajibkan untuk ambil bagian dalam pertumbuhan gereja.
Korelasi pertumbuhan gereja dengan penginjilan yaitu:
Sejarah gereja mencatat bahwa pertumbuhan gereja secara kualitas maupun kuantitas ada karena penginjilan. Ini dapat dibuktikan dari catatan-catatan yang terdapat dalam kitab Perjanjian Baru khususnya kitab Kisah Para Rasul. Berikut ini bukti-bukti penginjilan yang dicatat oleh kitab Kisah Para Rasul:
1.      Alkitab mencatat bahwa sejarah kelahiran Gereja dimulai setelah kejadian pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta. Setelah kejadian itu, Petrus berkhotbah (penginjilan) dan orang-orang yang menerima firman itu meminta dirinya untuk dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa (pertumbuhan Gereja). Lalu mereka membentuk persekutuan dan bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, serta berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa, seperti yang biasanya Yesus lakukan. Kis 2:41-42.
2.      Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak (penginjilan), mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki. Orang-orang itu menjadi sangat marah lalu mereka ditangkap. Tetapi di antara orang yang mendengar ajaran Petrus dan Yohanes, banyak orang yang menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki (pertumbuhan Gereja). Kis 4:1-4.
3.      Para rasul memilih pemimpin-pemimpin untuk menolong mereka mengatur kehidupan jemaat perdana. Tujuh orang dipilih untuk melayani orang miskin. Setelah itu firman Tuhan semakin tersebar (penginjilan), dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak, juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya (pertumbuhan Gereja). Kis 6:1-7.
4.      Filipus memberitakan firman sampai ke kota Samaria (penginjilan), banyak orang yang yang dengan bulat hati menerima firman itu. Dan mereka yang percaya, memberi diri untuk dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan, termasuk simon tukang sihir yang dari dulu melakukan sihir di kota itu. Sesudah dibaptis, Simon senantiasa bersama-sama dengan Filipus (pertumbuhan Gereja). Kis 8:4-13.
5.      Rasul Paulus serta teman-temannya penginjilan ke daerah-daerah di luar Yerusalem. Alkitab mencatat beberapa nama dari jemaat di luar Yerusalem hasil penginjilan tersebut, antara lain adalah jemaat di Ikonium Listra (Kis 13: 43, 48), jemaat di Antiokia (Kis 14:21), jemaat di Filipi (Kis 16:13,14), jemaat di Tesalonika yang terdiri dari orang-orang Yunani (Kis 17: 1-4).
Sejarah gereja sesudah dunia Perjanjian Baru juga memberikan bukti-bukti penting bagaimana peranan penginjilan dalam pertumbuhan Gereja. Khususnya di Indonesia, Pertumbuhan Gereja di negeri ini dapat berdiri karena penginjilan yang dilakukan oleh para penginjil dari Eropa yang bernaung di Nederlands Zendeling Genootscap (N.Z.G.), antara lain di Maluku oleh Yosef Kam.[17] Di tanah Batak yaitu Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) pada tahun 1862 oleh Ingwer Ludwig Nomensen.[18]
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa ada korelasi[19] antara pertumbuhan Gereja dengan penginjilan. Kaitannya sangat erat sekali, karena Gereja bertumbuh secara kualitas dan kuantitas, salah satunya disebabkan adanya penginjilan dalam Gereja tersebut. Penginjilan sebagai salah satu tugas esensial[20] Gereja mempunyai peranan penting dalam kehidupan Gereja. Gereja Tuhan di seluruh belahan bumi ini mulai dari perkotaan sampai dengan ke pedalaman bertumbuh karena penginjilan.
















BAB III
IMPLIKASI DALAM PELAYANAN,
PENGEMBALAAN, PENGINJILAN DAN MISI
Dalam pelayanan pengembalaan para gembala harus selalu mengajarkan Roh Kudus kepada jemaat Tuhan, agar mereka semua memahami makna oknum Allah yang ketiga ini, meminta kepada Tuhan untuk dipenuhiNya, dan menggunakan karunia-karunia mereka untuk bersama-sama bertumbuh dalam iman, dan memancarkan kasih Kristus kepada sesama mereka, melalui kuasa yang diberikan oleh RohNya. Bahasa Roh dan nubuat, tidak akan lenyap sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali. Ini berarti, sementara menantikan kedatangan-Nya, Roh Kudus akan tetap berkarya di dalam dan melalui mereka yang terbuka untuk dipakai-Nya. Para pelayan penggembalaan harus selalu bersandar kepada Roh Kudus, yang sanggup membuat seseorang menerima Kristus, lahir baru, dipulihkan, dan berjalan sesuai dengan firman Tuhan.[21]
Begitu juga alam penginjilan dan misi kita dapat menjalini persahabatan terlebih dahulu sebelum menguraikan kebenaran firman Tuhan, karena biasanya orang akan dengan mudahnya menolak tawaran kita, apabila belum mengenalnya. Untuk itulah kita harus memulai dengan menjadi sahabatnya terlebih dahulu, sehingga kita bisa juga menyisipkan kebenaran firman Tuhan dalam setiap percakapan. Dan juga kita bisa memberi pengajaran kepada anak-anak Tuhan yang rindu menginjil melalui pendalaman Alkitab dalam suatu Gereja. Dan setelah mereka belajar menjadi murid, mereka juga bisa memuridkan orang lain. Semua bangsa bukan pekerjaan yang mudah, tetapi dengan bantuan jemaat Tuhan yang rindu melayani, pasti akan mempengaruhi penginjilan kita. Setelah itu kita juga membaptiskan dan mengajarkan kepada setiap orang, setiap suku bangsa dibumi tentang kasih Yesus yang tidak ingin ada satupun dari umat-Nya yang terhilang dari kawananannya




BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Saat ini, gereja kembali mengalami penambahan anggota secara besar-besaran. Adalah menjadi suatu pertanyaan yang besar pada diri kita yaitu Bagaimana kita dapat menguatkan momentum dari gerakan-gerakan besar dan benar-benar membawa umat ke dalam hidup yang benar dalam Kristus dan bukan sekedar berpindah agama?
Jawaban yang sederhana ialah bahwa baik penginjilan, berdirinya gereja dan pertumbuhan gereja harus berorientasi pada Alkitab. Satu-satunya jawaban yang bisa diandalkan ialah berupaya kembali pada prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan yang digambarkan dalam Kitab Kisah Para Rasul.
Sebuah Gereja bertumbuh maksimal, jika dengan giat menjalankan fungsinya dalam penginjilan yang intensif dan ekstensif.
Bersifat ekstensif : Menjangkau semua kelompok dan orang dalam komunitas itu dan semua bangsa di bumi.
Bersifat Intensif : Menyentuh semua fase pengalaman manusia dan menundukkan seluruh kehidupan dibawah Kristus.
Akhirnya penginjilan harus bersifat terus-menerus, bukan sporadic. Penginjilan harus denyut hidup serta gaya hidup dari seluruh Gereja. Peningkatan kualitas penginjilan akan sangat baik bagi pertumbuhan Gereja, dan setelah Gereja bertumbuh secara kuantitas bertambah, jangan terjebak dengan urusan ke-organisasian Gereja yang akhirnya akan mematikan kobaran Api Roh Kudus dalam diri Jemaat hanya karena merasa gereja sudah menjadi besar sehingga menjadi lupa bahwa bukan karena Organisasi Gerejanya yang membuat gereja itu bertumbuh tetapi Firman Allah yang hidup dan terus berkobar di dalam diri para Jemaat sampai mengalami tranformasi yang dashyat dan terus meningkat. Sehingga pertumbuhan tersebut dapat mencapai apa yang diinginkan Oleh Kristus.


DAFTAR PUSTAKA

ALKITAB
Conterius, Wilhem Djulei. Misiologi dan Misi Gereja Milenium Baru.  Flores : 2001  Penerbit Nusa Indah.
Woga, Edmund. Dasar-Dasar Misiologi. Yogyakarta : 2002, Kanisius.
Graham, Billy. Beritakan Injil. Bandung : 1992, Yayasan Baptis Indonesia.
Stott. John, Satu Umat . Malang : 1990,  Seminary Alkitab Asia Tenggara.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Bosch, D. J. Transformasi Misi Kristen. ( Jakasrta : 1997, Gunung Mulia.
Gerber, Vergil. Pedoman Pertumbuhan Gereja/Penginjilan. Bandung : 1982 , Penerbit Kalam Hidup.
Tanibemas, Purnawan Pertumbuhan Gereja dan Strategi Penginjilan. Surabaya : 1997. YAKIN.
Wongso, Peter Tugas Gereja Dan Misi Masa Kini, Malang : 1996, Seminary Alkitab Asia Tenggara
Artanto, Widi. Menjadi Gereja Misioner Dalam Konteks Indonesia Yogyakarta : 1997. Penerbit Kanisius.
Ukur, Fridolin. TuaianNya Sungguh Banyak. Jakarta : 2002. Gunung Mulia.





[1] ALKITAB
[2] Salah satu perkataan Pdt. Stephen Tong https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=168163349946209&id=82233261236. Diambil pada Jumat 24 Oktober 2014 pukul 12:11
[3] Wilhem Djulei Conterius,  Misiologi dan Misi Gereja Milenium Baru ( Flores : Penerbit Nusa Indah, 2001 ), hlm. 13.
[4] Edmund Woga, Dasar-Dasar Misiologi ( Yogyakarta : Kanisius, 2002 ), hlm. 15.

[5] Bdk. Billy Graham, Beritakan Injil, ( Bandung : Yayasan Baptis Indonesia 1992 ) hal, 17
[6] http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=1054&res=jpz diambil pada Sabtu 25 Oktober 2014, pukul 16:15

[7] http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=1054&res=jpz diambil pada Sabtu 25 Oktober 2014, pukul 16:15

[8] George W. Peters, Teologi Pertumbuhan Gereja  (Malang:Gandum Mas, 2002), hlm. 21.
[9] John Raleigh Mott adalah seorang tokoh penginjilan di kalangan mahasiswa di berbagai universitas di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Mott dikenal juga sebagai tokoh ekumene dunia karena turut berperan dalam pembentukan "Dewan Gereja se-Dunia" (World Church Organization). Lihat. Wikipedia Ensiklopedia Bebas. John Mott, in http://id.wikipedia.org/wiki/John_Mott, 23 Oktober 2014
[10] http://www.scribd.com/doc/57935490/67/b-Arti-Penginjilan

[11] Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI v1.1. Amanat.
[12] Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI v1.1. Tumbuh.
[13] Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI v1.1. Gereja.
[14] Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI v1.1. Prinsip.
[15] Dr. Peter Wongso, Tugas Gereja Dan Misi Masa Kini  (Malang:Departemen Literatur SAAT, 1999), hlm. 97.
[16] Ibid, hlm. 106-109.
[17] H. Berkhof  & L. H. Enklaar, Sejarah Gereja (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1990), hlm. 314.

[18] Ibid. hlm. 316.
[19]Ko·re·la·si /korélasi/ n hubungan timbal balik atau sebab akibat. Korelasi. In Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI v1.1. 
[20] Esen·si·al /ésénsial/ a perlu sekali; mendasar; hakiki. Esensial. In Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI v1.1. 
[21] http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=1054&res=jpz diambil pada Sabtu 25 Oktober 2014, pukul 16:15

No comments: