PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gereja
sudah seharusnya menjadi jawaban bagi dunia ini dan selamanya Gereja harus
melayani. Gereja adalah alat sekaligus wakil dari Roh Kudus untuk melaksanakan
rencana dan maksud yang telah ditetapkan Tuhan Yesus Kristus, untuk menjangkau
seluruh umat manusia ke seluruh dunia sesuai dengan Amanat Agung,
"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa
dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman." Mat 28:18-20.[1]
Amanat
Agung ini ditujukan kepada semua orang, yang berarti tidak mengenal suku, bangsa
dan agama, tugas kita sebagai orang percaya adalah tetap memberitakan kabar
baik dengan cara yang baik dan benar. Tentunya ini juga tugas Gereja untuk
melatih jemaatnya, dalam khotbah, pendalaman Alkitab, komunitas sel atau
sekolah Alkitab, supaya dapat memberitakan injil dengan cara-cara yang praktis
dan mudah dimengerti. Sehingga tidak hanya sekedar memenangkan jiwa saja,
tetapi Gereja juga bertumbuh secara kualitas maupun secara kuantitas.
1.2 Tujuan dari Tema
Dalam
pengembalaan dan penginjilan kita dapat membantu pertumbuhan Gereja dengan
menjadikan semua bangsa murid Yesus" dan "jadi saksi Yesus",
sehingga banyak orang yang datang sujud menyembah Tuhan. Tujuan penginjilan juga adalah
menghasilkan buah-buah Injil. Firman Allah, ketika diberitakan dengan kuasa Roh
Kudus akan dapat merobohkan segala kubu perlawanan di dalam pikiran manusia dan
membawa hati manusia kembali untuk menaklukkan diri di hadapan takhta Allah,[2]
dan juga supaya orang-orang mengerti bahwa Allah menawarkan keselamatan
dan supaya mereka menerima keselamatan itu dengan iman, lalu hidup sebagai
murid Yesus. Seperti yang ditetapkan dalam Perjanjian Lausanne,
"Menginjili ialah memberitakan Kabar Baik bahwa Yesus Kristus mati bagi
dosa-dosa kita, dan Ia sudah dibangkitkan dari antara orang mati, menurut Kitab
Suci. Dalam pertumbuhan gereja yang sehat tidak pula ditentukan dari banyaknya
orang dan ramainya orang berkumpul dalam suatu peribadatan yang berlangsung di
hari Minggu atau tengah minggu. Keseimbangan antara kualitas dan kuantitas
tentu sangatlah penting. Kualitas iman yang baik dari perkumpulan orang percaya
harus dapat menarik banyak orang datang kepada Allah. Namun sebuah realitas
yang baru harus dipahami bahwa gereja yang bertumbuh harus pula dapat
mengembangkan pos-pos pelayanan yang pada akhirnya didewasakan dan terus
berkembang. Jadi gereja yang bertumbuh harus dapat menyebar, sesuai dengan
Amanat Agung. "Pertumbuhan gereja adalah suatu disiplin ilmu yang
menyelidiki sifat-sifat, perluasan, perintisan, pelipatgandaan, fungsi, dan
kesejahteraan gereja-gereja Kristen dalam hubungannya dengan penerapan yang
efektif dari amanat Allah untuk "menjadikan semua bangsa murid-Nya"
(Matius 28:18-20)
1.3 Indikator
1.
Jemaat dapat memahami dan mengerti
pengertian dari Penginjilan
2.
Jemaat dapat memahami dan mengerti
pengertian dari Pertumbuhan Gereja
3.
Jemaat dapat mengetahui hubungan antara
Penginjilan dan Pertumbuhan Gereja
4.
Dapat mengimplikasikan dalam kehidupan
pelayanan bergereja
1.4 Pembahasan
1.
Pengertian dari Pengembalaan dalam
Pertumbuhan Gereja
2.
Pengertian dari Penginjilan dalam
Pertumbuhan Gereja
3.
Pengertian dalam Pertumbuhan Gereja
BAB
II
DESKRIPASI
Penguraikan
dan penjelasan dari segi etimologisnya mengenai Misi, sehingga kita dapat
memahami arti penginjilan itu apa dan dapat dalam pertumbuhan Gereja.
Missiologi berasal dari kata dalam bahasa Latin missio dan bahasa Yunani logos.
Mission berarti perutusan dengan pesan atau message khusus untuk disampaikan
atau tugas khusus untuk dilaksanakan. Logos berarti ilmu atau studi, kata atau
wacana, yang dari beberapa pengertian itu kita bisa mengambil kesimpulan bahwa
misiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang perutusan. Berangkat dari
segi etimologis dari kata itu, missiologi kurang lebih bisa diartikan sebagai
tugas atau pesan khusus yang harus disampaikan dengan cara yang khusus pula.[3]
Dalam rangka merefleksikannya secara teologis maka missiologi tidak hanya ilmu
tentang perutusan melainkan juga adalah teologi tentang perutusan karena
menyangkut refleksi serta tanggapan ilmiah tentang dimensi iman gereja kepada
Allah dan Yesus Kristus serta keterbukaan gereja terhadap dunia. Gereja
mengalami bahwa telah dipanggil dalam iman kepada Tritunggal itu dan diutus
untuk mewartakan kabar sukacita kepada seluruh suku bangsa sampai ke ujung
dunia.[4] Pekabaran Injil berasal dari Allah (Missio
Dei). Keinginan untuk pekabaran Injil dari semula sudah berada di dalam rencana
dan tindakan Allah. Pekabaran Injil
bukanlah sebuah gagasan Perjanjian Baru atau beberapa ayat Alkitab saja, tetapi
pekabaran Injil terdapat di seluruh Alkitab yang berarti bahwa misi itu
merupakan sebuah kebutuhan dan juga tanggung jawab yang sangat besar bagi
gereja bagi rencana Allah untuk dunia ini secara holistik.
Kata misi sangat sering juga kita
dengar dalam ruang lingkup gereja, yang berkaitan dengan tugas penginjilan dan
pelayanan gereja di tengah-tengah dunia ini. Berangkat dari pengertian misi
lalu kaitannya dengan tugas gereja ditengah-tengah dunia ini penulis akan
memberikan beberapa gambaran terkait tugas tersebut. Masa kini, gereja tinggal
memelihara dan memupuk jemaat hasil dari penginjilan yang lama, sangat sedikit
sekali gereja yang mengutus pendeta atau penginjil ( missioner ) ke
daerah-daerah yang benar-benar baru untuk memberitakan Injil atau melaksanakan
misi seperti perintah yang disampaikan oleh Yesus dalam Amanat Agung. Menginjil
ialah memberitakan Kabar Baik yang mencakup segenap daya upaya gereja dalam
rangka memberitakan tentang kasih Allah, tentang dosa manusia yang kemudian
melalui kematian Kristus beroleh pengampunan dengan menerima Dia sebagai
Juruselamat. Penginjilan adalah berita anugerah bahwa ada pengampunan dosa oleh
Allah melalui Yesus yang mati di kayu salib.[5] Tugas gereja yang merupakan sebagai sarana
penginjilan ini, diharapkan bisa dilaksanakan dengan seefektif mungkin agar
mencapai sasaran dan tujuan yang telah disebutkan dalam Amanat Agung tersebut.
Tugas gereja ialah pergi untuk membaptiskan dan mengajarkan kepada setiap
orang, setiap suku bangsa dibumi tentang kasih Yesus yang tidak ingin ada
satupun dari umat-Nya yang terhilang dari kawananannya
1. Pengertian dari Pengembalaan dalam
Pertumbuhan Gereja
Ukuran
keberhasilan dalam pelayanan penggembalaan tidak bisa diukur dari kuantitas
belaka tanpa memperhitungkan kualitas rohani. Justru penilaian kualitas rohani
inilah yang lebih penting dari sekedar jumlah (kuantitas). Dalam surat-surat
penggembalaan, Paulus selalu menasihati Timotius dan Titus untuk meningkatkan
kualitas jemaat melalui ajaran-ajaran yang sehat, dan memperingatkan jemaat
bahaya-bahaya atau ancaman-ancaman terhadap pertumbuhan kerohanian mereka.
Nampaknya,
bagi Paulus jumlah jemaat merupakan prioritas kedua, namun kualitas jauh lebih
penting. Tuhan akan merasa lebih senang melihat para penatua, diaken, dan para
penilik jemaat memenuhi kriteria yang ditetapkan dan selanjutnya mempertahankan
hidup rohani mereka sesuai kriteria dan standar yang benar dan sesuai dengan
kehendak-Nya. Tuhan juga akan lebih senang melihat para umat-Nya tidak hanya
berdoa bagi kepentingan mereka sendiri, tetapi kepentingan semua orang,
termasuk para pembesar dan aparat pemerintah yang mungkin tidak mereka sukai
atau menindas mereka, karena pada dasarnya Allah menginginkan keselamatan semua
orang.[6]
Jadi, ukuran
keberhasilan dalam pertumbuhan gereja dan pelayanan penggembalaan, harusnya
diutamakan pada peningkatan kualitas rohani, sehingga kuasa doa dan karya Roh
Kudus tidak sia-sia. Bila kualitas jemaat meningkat karena doa dan karya Roh
Kudus, maka secara otomatis ini merupakan magnet yang mampu menarik banyak
orang sehingga jumlah jemaat akan meningkat pesat.
Secara umum
pelayanan penggembalaan masa kini masih mengacu pada Alkitab yang diyakini
sebagai Firman Tuhan. Dengan demikian, apa yang dicantumkan dalam Alkitab harus
tetap up to date dan berlaku abadi sampai kedatangan Yesus Kristus yang kedua
kali. Doa malahan lebih dan semakin dibutuhkan di tengah masyarakat yang
semakin beragam dan semakin menuntut. Tanpa doa mustahil gereja bisa bertahan.
Tanpa doa yang terus menerus (Ef 6:18-20) dari jemaat, pelayanan akan goyah dan mungkin hancur
total. Ini juga berlaku Indonesia yang masih diliputi ketidakpastian (dalam
bidang poleksosbud) tentunya sangat membutuhkan doa syafaat yang berkelanjutan
untuk pemulihannya.[7]
Di samping
itu, seperti urapan yang turun ke atas Yesus dalam Luk 4, peran Roh Kudus masih dan akan tetap dibutuhkan oleh setiap gembala.
Kuasa inilah yang mampu memenuhi kebutuhan jemaat, baik secara fisik (sakit
penyakit) maupun psikis - misalnya lemah mental, dan sebagainya. Kejahatan
manusia yang semakin meningkat sedikit banyak pasti mempengaruhi iman dan
pertumbuhan rohani seseorang. Peran Roh Kudus yang senantiasa mengingatkan
dapat "dimanfaatkan" untuk membangun jemaat ke arah pertumbuhan
rohani yang lebih baik.
2. Pengertian dari Penginjilan dalam
Pertumbuhan Gereja
Kitab
yang menjadi pegangan utama mengenai penginjilan ke seluruh dunia dan
pertumbuhan Gereja adalah Kitab Kisah Para Rasul. Kita tidak akan salah dalam
memahami maksud penulis jika kita menerima ayat pendahuluan sebagai pernyataan
tujuan dari kitab ini, serta Kisah Para Rasul 1:8 sebagai tema utama untuk
menafsirkan bagian atau perikop pendahuluan tersebut.[8]
John
Mott[9]
pernah berkata: “Penginjilan itu berarti memperkenalkan Yesus Kristus, sehingga
ia dikasihi, dipercayai dan ditaati”. Menurut D.T. Niles, penginjilan itu
seumpama menerangkan kepada orang yang hampir mati kelaparan dan dahaga, dimana
ia dapat menemukan makanan dan minuman.[10] Singkatnya,
penginjilan adalah "memberitakan Kabar Baik tentang Kristus".
Penginjilan itu lebih daripada sekadar metode; penginjilan adalah sebuah
berita. Berita tentang kasih Allah, tentang dosa manusia, tentang kematian
Kristus, tentang penguburan-Nya, dan kebangkitan-Nya. Penginjilan adalah berita
tentang pengampunan dosa dari Allah. Penginjilan adalah berita yang menuntut
suatu tanggapan menerima Injil itu dengan iman, lalu menjadi murid Yesus.
Istilah "penginjilan" mencakup segala usaha untuk memberitakan Kabar
Baik tentang Yesus Kristus. Tujuannya ialah supaya orang-orang mengerti bahwa
Allah menawarkan keselamatan dan supaya mereka menerima keselamatan itu dengan
iman, lalu hidup sebagai murid Yesus. Menginjili ialah memberitakan Kabar Baik
bahwa Yesus Kristus mati bagi dosa-dosa kita, dan Ia sudah dibangkitkan dari
antara orang mati, menurut Kitab Suci.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa, penginjilan harus berpusatkan pada Kristus.
Seperti yang dikatakan oleh Samuel Boon, bahwa penginjilan bukan hanya sekedar
memberitakan tentang Kristus, tetapi tindakan atau kehidupan penginjil juga
harus menceritakan Kristus atau Injil itu sendiri. Penginjilan harus mencakup
dua aspek baik secara verbal maupun tindakan, karena orang lebih mudah
meneladani seseorang yang bertindak dibandingkan dengan yang hanya berbicara
saja. Sehingga kehidupan seorang penginjil harus dijaga dengan baik.
Sehingga prinsip-prinsip
penginjilan dari Amanat Agung dapat kita lihat bahwa:
Amanat
adalah pesan atau perintah.[11]
Biasanya amanat diberikan karena orang tersebut akan meninggalkan dalam jangka
waktu yang tidak bisa ditentukan. Bisa jadi amanat diberikan waktu seseorang
merasa usianya sudah tidak lama lagi di dunia. Sebelum Yesus terangkat ke
Sorga, Ia memberi pesan sekaligus perintah kepada murid-muridNya. Perintah ini
lebih sering dikenal dengan nama Amanat Agung. Perintah Yesus untuk mewartakan
kabar gembira ke semua orang di seluruh dunia. Inilah yang seringkali disebut
dengan penginjilan. Ada beberapa prinsip penginjilan yang dapat kita pelajari
dari Amanat Agung ini (Mat 28:18-20).
A.
Target Jiwa.
Alkitab
mencatat bahwa target penginjilan adalah “semua bangsa” (Mat 28:19). Mungkin
terlihat mustahil untuk menginjil ke semua bangsa di seluruh dunia ini, karena
terlalu banyak jumlah penduduknya. Tetapi dalam Kis 1:8 diingatkan kepada kita
untuk memulai dari tempat kita terlebih dahulu. “…kamu akan menjadi saksi-Ku di
Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."
Yerusalem pada saat itu adalah tempat murid-murid Yesus berada. Artinya dalam
menginjil, kita tidak harus selalu ke tempat yang jauh, tetapi dari lingkungan
sekitar terlebih dahulu. Tentunya masih banyak orang yang belum percaya di
lingkungan kita.
B.
Empat perintah (amanat) Tuhan Yesus.
Dalam
Amanat Agung terdapat empat kata perintah secara langsung yang Yesus katakan
kepada murid-muridNya. Kata ini mengandung makna yang sangat mendalam dalam
penginjilan.
Ay.19.
Pergilah!
Yesus
dengan jelas memberi perintah kepada murid-muridNya untuk pergi menjangkau
jiwa. Untuk memenuhi Amanat Agung kita tidak bisa tinggal di dalam zona
kenyamanan kita. Tetapi kita harus pergi mencari jiwa yang terhilang. Kita
harus pergi memberitakan kabar gembira. Tentunya seperti yang sudah dibahas
sebelumnya, itu semua dimulai dari lingkungan sekitar kita. Kita harus membuat
tujuan secara spesifik, kemana kita akan memulai penginjilan kita. Mungkin dari
pembantu di rumah, atau dari saudara kita yang belum percaya. Kita bisa
menjalin persahabatan terlebih dahulu sebelum menguraikan kebenaran firman
Tuhan, karena biasanya orang akan dengan mudahnya menolak tawaran kita, apabila
belum mengenalnya. Untuk itulah kita harus memulai dengan menjadi sahabatnya
terlebih dahulu, sehingga kita bisa juga menyisipkan kebenaran firman Tuhan
dalam setiap percakapan.
Ay.19.
Jadikanlah semua bangsa murid-Ku!
Perintah
yang kedua adalah menjadikan semua bangsa murid Yesus. Yang artinya kita harus
memuridkan target jiwa tersebut. Sebelum memuridkan orang lain, tentunya kita
juga harus menjadi murid Yesus terlebih dahulu. Untuk itulah pengetahuan
tentang Alkitab sangat penting. Kita sebagai mahasiswa Teologi bertanggung
jawab untuk mengajar anak-anak Tuhan yang tidak belajar Teologi secara
akademis. Sehingga kita bisa memberi pengajaran kepada anak-anak Tuhan yang
rindu menginjil melalui pendalaman Alkitab dalam suatu Gereja. Dan setelah
mereka belajar menjadi murid, mereka juga bisa memuridkan orang lain. Semua
bangsa bukan pekerjaan yang mudah, tetapi dengan bantuan jemaat Tuhan yang
rindu melayani, pasti akan mempengaruhi penginjilan kita.
Ay.19.
Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus!
Baptisan
air melambangkan kematian kita terhadap dosa, dan bersama dengan Kristus kita
dibangkitkan untuk hidup baru (Rom.6:3-4). Kita dilahirkan kembali oleh air dan
Roh (Yoh.3:5). Baptisan menandai hidup baru itu dan bahwa kita dibersihkan dari
dosa (1Ptr.3:21). Maka makna baptisan adalah tindakan iman bahwa kehidupan lama
dengan seluruh dosa kita dikuburkan bersama kematian dan penguburan Yesus
Kristus Tuhan dan dibangkitkan bersama dengan Kristus Yesus oleh kemuliaan
Allah, dan memperoleh hidup baru didalam Yesus Kristus.
Perintah
ketiga adalah perintah untuk membaptis. Apabila Tuhan Yesus menyempatkan diri
untuk memberi pesan sebelum naik ke sorga berarti hal ini sangat penting bagi
kehidupan orang percaya. Baptisan sangat penting, karena apabila baptisan tidak
penting, maka tidak mungkin Yesus yang tidak berdosa (Luk 1:35; Ibr 4:15; 1Yoh
3:5) menyempatkan diri meminta diriNya sendiri untuk dibaptis. Berarti Yesus
sudah menjadi teladan yang baik dalam hal ini. Untuk itulah kita juga harus
mengajar target jiwa kita untuk memberi dirinya dibaptis.
Ay.20.
Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu!
Perintah
keempat yang Yesus berikan kepada kita adalah perintah untuk mengajar.
Pengajaran sangat penting untuk mengkokohkan iman seseorang, untuk itulah kita
juga harus mengorbankan waktu, tenaga dan materi untuk mengajar target jiwa
kita. Karena pengenalan yang dangkal terhadap Tuhan Yesus Kristus, keraguan
yang timbul dan pertanyaan- pertanyaan yang tidak terjawab hanya akan membuat
orang-orang tersebut tidak dapat berdiri dengan teguh pada kebenaran yang
kudus. Karena itu, perlu ada pengajar-pengajar yang terus meneguhkan dan
mengokohkan iman percayanya kepada Tuhan, sehingga mereka dapat terus bertumbuh
dan tidak mudah digoyahkan oleh apa pun juga. Tugas kita tidak berhenti sampai
tahap pengenalan kepada Yesus Kristus saja, tetapi tugas kita juga harus sampai
kepada pengajaran tentang Yesus Kristus supaya mereka tidak tersesat lagi.
Untuk itulah kita juga harus selalu belajar Alkitab, sehingga bisa menjadi
jawaban bagi mereka yang mempertanyakan iman Kristen.
C.
Janji Tuhan Yesus.
Yesus
tidak hanya memberi amanat lalu lepas tangan, tetapi Yesus juga berjanji kepada
kita bahwa Dia akan menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat
28:20). Mungkin kita merasa khawatir karena ketidakmampuan kita dalam
menginjil, tetapi dalam ayat 20, Yesus berjanji kepada kita untuk selalu
mendampingi kita. Untuk itulah kita harus menginjil sesuai dengan kemampuan
kita. Apabila kita bertindak maka Tuhan juga akan melakukan bagianNya. Sehingga
kita tidak perlu khawatir lagi, karena Tuhan beserta kita.
3. Pengertian dalam Pertumbuhan Gereja
Kata
pertumbuhan memiliki kata dasar tumbuh, yang artinya adalah timbul (hidup) dan
bertambah besar atau sempurna. Sedangkan pertumbuhan itu sendiri adalah
perkembangan atau kemajuan.[12]
Sedangkan kata Gereja adalah gedung atau rumah tempat berdoa dan melakukan
upacara agama Kristen.[13]
Sebagaimana
kehidupan tanaman memerlukan pertumbuhan secara alami, maka gereja pun
memerlukan pertumbuhan yang berlangsung secara sehat dan alamiah. Suatu
tumbuhan dapat bertumbuh dengan baik bila terdapat ketersediaan media dan sari
makanan yang cukup. Demikian pula gereja dapat bertumbuh dengan baik bila
kehidupan orang-orang percaya di dalamnya memiliki kehidupan yang memaknai
kebenaran firman Allah dalam kehidupan sehari-hari sebagai makanan rohani bagi
pertumbuhan tersebut. Sehingga dengan demikian pertumbuhan gereja tidak dapat
didasarkan pada karya tangan manusia. Megahnya sebuah gedung ibadah, peralatan
musik, dan meriahnya suasana perkumpulan bukan sebuah indikator utama dalam
sebuah pertumbuhan Gereja. Hal tersebut dilihat secara obyektif bahwa ada
orang-orang Kristen yang mengalami penganiayaan, mereka berada di tempat yang
sunyi dan besembunyi di balik batu-batu untuk beribadah. Mereka memiliki iman
yang tidak kalah dengan orang-orang di perkotaan yang sering kali nyaman dengan
kehidupan gereja yang melimpah dalam hal fasilitas. Dalam pertumbuhan gereja
yang sehat tidak pula ditentukan dari banyaknya orang dan ramainya orang
berkumpul dalam suatu peribadatan yang berlangsung di hari Minggu atau tengah minggu.
Dengan
demikian sebaiknya orang Kristen melihat lebih dalam lagi untuk memahami arti
pertumbuhan yang sesungguhnya. Keseimbangan antara kualitas dan kuantitas tentu
sangatlah penting. Kualitas iman yang baik dari perkumpulan orang percaya harus
dapat menarik banyak orang datang kepada Allah. Namun sebuah realitas yang baru
harus dipahami bahwa gereja yang bertumbuh harus pula dapat mengembangkan
pos-pos pelayanan yang pada akhirnya didewasakan dan terus berkembang. Jadi
gereja yang bertumbuh harus dapat menyebar, sesuai dengan Amanat Agung. "Pertumbuhan
gereja adalah suatu disiplin ilmu yang menyelidiki sifat-sifat, perluasan,
perintisan, pelipatgandaan, fungsi, dan kesejahteraan gereja-gereja Kristen
dalam hubungannya dengan penerapan yang efektif dari amanat Allah untuk
"menjadikan semua bangsa murid-Nya" (Matius 28:18-20). Para
penyelidik pertumbuhan gereja berusaha keras untuk mengintegrasikan
prinsip-prinsip teologi yang abadi dari firman Allah perihal perluasan gereja
dengan wawasan-wawasan yang mutakhir di bidang ilmu-ilmu sosial maupun
ilmu-ilmu perilaku. Hal di atas dilakukan dengan menggunakan sebagai kerangka
acuan awal, landasan-landasan tentang pertumbuhan gereja yang telah
dikembangkan oleh Donald McGavran."
Dari
definisi di atas dapat diketahui bahwa hal-hal yang dibahas dalam pertumbuhan
gereja tidak secara otomatis berhubungan dengan penginjilan. Perintisan gereja
biasanya bukan merupakan bagian dari penginjilan. Proses mendiagnose
kesehatan/kesejahteraan suatu gereja biasanya juga bukan termasuk bagian dari
penginjilan. Banyak tentang pendewasaan warga jemaat dan penerimaan
anggota-anggota baru dibahas dalam pertumbuhan gereja. Hal-hal yang berhubungan
dengan karunia- karunia rohani maupun teori-teori dinamika kelompok kecil
sangatlah penting bagi pertumbuhan gereja.
Dalam pertumbuhan Gereja juga
memiliki prinsip-prinsip yaitu:
Prinsip
berarti asas kebenaran yang menjadi dasar berpikir maupun bertindak,[14]
berdasarkan definisi yang disampaikan maka prinsip pertumbuhan gereja adalah
asas kebenaran yang menjadi dasar berpikir maupun bertindak dalam perkembangan
maupun perluasan tubuh Kristus baik dalam kualitas maupun kuantitas.
A.
Berpusat pada Tuhan Yesus Kristus.
Alkitab
mencatat, “Gereja adalah tubuh Kristus,” (Ef 1:23; 4:12-16 dan Kol 1:24).
“Tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan”
(Kis 2:47). Jelas sekali ayat-ayat ini menerangkan bahwa orang yang
diselamatkan (Kualitas yang tidak nampak), tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah
mereka (Kuantitas yang nampak). Ini adalah makna pertumbuhan Gereja.
Ide
pertumbuhan Gereja bukan berasal dari pikiran manusia, namun dari kehendak
Allah sendiri. Tatkala Allah menciptakan manusia, Ia memberi mereka agar mereka
berkembang biak memenuhi bumi. (Kej 1:27-28)[15]
dan Tuhan Yesus juga memerintahkan murid-muridNya untuk pergi ke ujung bumi
untuk memberitakan Injil kepada semua orang, serta membaptisnya (Mat:28:19-20).
Maka ide pertumbuhan Gereja adalah berasal dari kehendak Allah sendiri. Karena
Allah tidak menghendaki manusia binasa, melainkan menghendaki semua orang
diselamatkan dan percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Juru Selamat pribadi dan
beroleh hidup yang kekal (IIPet 3:9; Yoh 3:16). Sehingga pertumbuhan Gereja
berpusat kepada Tuhan Yesus Kristus bukan kepada manusia.
B.
Pertumbuhan Gereja dan Pekerjaan Roh Kudus.
Gereja
bertumbuh bersandarkan pada Roh Kudus (Kis 2:37-47), seperti yang telah
dikatakan oleh Alkitab bahwa Roh Kudus di curahkan pada hari pentakosta.
Setelah peristiwa pentakosta pertumbuhan Gereja pun menjadi nyata, Alkitab
mencatat bahwa “Allah mulai menambahkan jumlah mereka” (Kis 2:47), dari sini
nyata bahwa pertumbuhan gereja itu telah terjadi sebagaimana relasi
ketritunggalan Allah, pekerjaan Roh Kudus adalah sebagai pemelihara, penghibur.
Sebagaimana Gereja yang dipimpin oleh Roh Kudus harus menjadi saksi yang
sempurna bagi Tuhan Yesus, sehingga Gereja menjadi jawaban bagi dunia. Alkitab
mengajarkan sebagai berikut, Kita harus menerima pengajaran Roh Kudus tentang
seluruh kebenaran (Yoh 14:26), taat kepada bimbingan Roh Kudus, masuk dalam
segala kebenaran (Yoh 14:26), taat pada perintah Roh Kudus, menjalankan segala
kebenaran (Rom 8:5-11), menerima teguran Roh Kudus, bertobat dari dosa (Wah
2:3), menyerahkan tubuh kita supaya di penuhi oleh Roh Kudus menjadi bait Allah
(1 Kor 3:16-17; 6:19-20).
C.
Pertumbuhan Gereja dan Tanggung Jawab Jemaat.
Tuhan
yang kita sembah adalah Tuhan yang Maha Kuasa, Dia mempunyai kekuasaan yang
mutlak dapat menjadikan segala sesuatu tanpa bantuan manusia. Misalnya dalam
penciptaan langit, bumi dan segala isinya (Kej 1:2; Maz 33:6,9). Tapi Tuhan
juga mau manusia ambil bagian dalam pekerjaanNya, khususnya dalam penyelamatan
manusia. Misalnya Dia memerintahkan nabi Nuh membuat bahtera untuk
menyelamatkan dirinya dan seisi rumahnya (Kej 6:8). Sebenarnya Allah tidak
perlu nabi Nuh untuk membuat bahtera dengan kekuasanNya, Allah sanggup
mengerjakan sendiri. Tetapi Allah menghendaki nabi Nuh bertanggung jawab juga
dalam pekerjaan penyelamatan ini. Dan pada akhirnya memang Nuh dan sekeluarga
diselamatkan, dan itu bukan karena jasanya sendiri, tetapi berdasarkan pada
firman Allah, nabi Nuh menuaikan kewajibannya menurut apa yang ia harus dan
dapat lakukan.
Ada
beberapa kebenaran pertumbuhan gereja
dan tanggung jawab anggota jemaat, yaitu jemaat mempunyai tanggung jawab untuk
memperluaskan Injil, anggota jemaat bertanggung jawab untuk bersaksi, anggota
jemaat bertanggung jawab untuk memperhatikan sesamanya, anggota jemaat
bertanggung jawab untuk menabur, dan anggota jemaat bertanggung jawab untuk
mempergunakan karunianya.[16] Tujuan
Tuhan ialah agar manusia ikut bertanggung jawab dalam pekerjaan Tuhan Yesus,
dan dalam bekerjasama dengan Tuhan dapat menikmati kuasa dan kenyataan hidup
kekal.
Pertumbuhan
gereja merupakan kehendak Allah sehingga berbagai upaya dalam pertumbuhan
gereja harus berpusat pada Tuhan Yesus Kristus. Pertumbuhan gereja juga
bersandarkan pada Roh Kudus yang akan memimpin dan memberikan pertumbuhan
tersebut. Selain Allah Tritunggal, manusia juga terlibat dalam mitra kerja Allah
untuk pertumbuhan gerejaNya. Sehingga setiap warga jemaat diwajibkan untuk
ambil bagian dalam pertumbuhan gereja.
Korelasi pertumbuhan gereja dengan
penginjilan yaitu:
Sejarah
gereja mencatat bahwa pertumbuhan gereja secara kualitas maupun kuantitas ada
karena penginjilan. Ini dapat dibuktikan dari catatan-catatan yang terdapat
dalam kitab Perjanjian Baru khususnya kitab Kisah Para Rasul. Berikut ini
bukti-bukti penginjilan yang dicatat oleh kitab Kisah Para Rasul:
1. Alkitab
mencatat bahwa sejarah kelahiran Gereja dimulai setelah kejadian pencurahan Roh
Kudus pada hari Pentakosta. Setelah kejadian itu, Petrus berkhotbah
(penginjilan) dan orang-orang yang menerima firman itu meminta dirinya untuk
dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa
(pertumbuhan Gereja). Lalu mereka membentuk persekutuan dan bertekun dalam
pengajaran rasul-rasul, serta berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa,
seperti yang biasanya Yesus lakukan. Kis 2:41-42.
2. Ketika
Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak (penginjilan), mereka
tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang
Saduki. Orang-orang itu menjadi sangat marah lalu mereka ditangkap. Tetapi di
antara orang yang mendengar ajaran Petrus dan Yohanes, banyak orang yang
menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang
laki-laki (pertumbuhan Gereja). Kis 4:1-4.
3. Para
rasul memilih pemimpin-pemimpin untuk menolong mereka mengatur kehidupan jemaat
perdana. Tujuh orang dipilih untuk melayani orang miskin. Setelah itu firman
Tuhan semakin tersebar (penginjilan), dan jumlah murid di Yerusalem makin
bertambah banyak, juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya
(pertumbuhan Gereja). Kis 6:1-7.
4. Filipus
memberitakan firman sampai ke kota Samaria (penginjilan), banyak orang yang
yang dengan bulat hati menerima firman itu. Dan mereka yang percaya, memberi
diri untuk dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan, termasuk simon tukang
sihir yang dari dulu melakukan sihir di kota itu. Sesudah dibaptis, Simon
senantiasa bersama-sama dengan Filipus (pertumbuhan Gereja). Kis 8:4-13.
5. Rasul
Paulus serta teman-temannya penginjilan ke daerah-daerah di luar Yerusalem.
Alkitab mencatat beberapa nama dari jemaat di luar Yerusalem hasil penginjilan
tersebut, antara lain adalah jemaat di Ikonium Listra (Kis 13: 43, 48), jemaat
di Antiokia (Kis 14:21), jemaat di Filipi (Kis 16:13,14), jemaat di Tesalonika
yang terdiri dari orang-orang Yunani (Kis 17: 1-4).
Sejarah
gereja sesudah dunia Perjanjian Baru juga memberikan bukti-bukti penting
bagaimana peranan penginjilan dalam pertumbuhan Gereja. Khususnya di Indonesia,
Pertumbuhan Gereja di negeri ini dapat berdiri karena penginjilan yang
dilakukan oleh para penginjil dari Eropa yang bernaung di Nederlands Zendeling
Genootscap (N.Z.G.), antara lain di Maluku oleh Yosef Kam.[17]
Di tanah Batak yaitu Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) pada tahun 1862 oleh
Ingwer Ludwig Nomensen.[18]
Dengan
demikian dapat disimpulkan, bahwa ada korelasi[19]
antara pertumbuhan Gereja dengan penginjilan. Kaitannya sangat erat sekali,
karena Gereja bertumbuh secara kualitas dan kuantitas, salah satunya disebabkan
adanya penginjilan dalam Gereja tersebut. Penginjilan sebagai salah satu tugas
esensial[20]
Gereja mempunyai peranan penting dalam kehidupan Gereja. Gereja Tuhan di
seluruh belahan bumi ini mulai dari perkotaan sampai dengan ke pedalaman
bertumbuh karena penginjilan.
BAB
III
IMPLIKASI
DALAM PELAYANAN,
PENGEMBALAAN,
PENGINJILAN DAN MISI
Dalam
pelayanan pengembalaan para gembala harus selalu mengajarkan Roh Kudus kepada
jemaat Tuhan, agar mereka semua memahami makna oknum Allah yang ketiga ini,
meminta kepada Tuhan untuk dipenuhiNya, dan menggunakan karunia-karunia mereka
untuk bersama-sama bertumbuh dalam iman, dan memancarkan kasih Kristus kepada
sesama mereka, melalui kuasa yang diberikan oleh RohNya. Bahasa Roh dan nubuat,
tidak akan lenyap sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali. Ini berarti,
sementara menantikan kedatangan-Nya, Roh Kudus akan tetap berkarya di dalam dan
melalui mereka yang terbuka untuk dipakai-Nya. Para pelayan penggembalaan harus
selalu bersandar kepada Roh Kudus, yang sanggup membuat seseorang menerima
Kristus, lahir baru, dipulihkan, dan berjalan sesuai dengan firman Tuhan.[21]
Begitu
juga alam penginjilan dan misi kita dapat menjalini persahabatan terlebih
dahulu sebelum menguraikan kebenaran firman Tuhan, karena biasanya orang akan
dengan mudahnya menolak tawaran kita, apabila belum mengenalnya. Untuk itulah
kita harus memulai dengan menjadi sahabatnya terlebih dahulu, sehingga kita
bisa juga menyisipkan kebenaran firman Tuhan dalam setiap percakapan. Dan juga kita
bisa memberi pengajaran kepada anak-anak Tuhan yang rindu menginjil melalui
pendalaman Alkitab dalam suatu Gereja. Dan setelah mereka belajar menjadi
murid, mereka juga bisa memuridkan orang lain. Semua bangsa bukan pekerjaan
yang mudah, tetapi dengan bantuan jemaat Tuhan yang rindu melayani, pasti akan
mempengaruhi penginjilan kita. Setelah itu kita juga membaptiskan dan
mengajarkan kepada setiap orang, setiap suku bangsa dibumi tentang kasih Yesus
yang tidak ingin ada satupun dari umat-Nya yang terhilang dari kawananannya
BAB
IV
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Saat
ini, gereja kembali mengalami penambahan anggota secara besar-besaran. Adalah
menjadi suatu pertanyaan yang besar pada diri kita yaitu Bagaimana kita dapat
menguatkan momentum dari gerakan-gerakan besar dan benar-benar membawa umat ke
dalam hidup yang benar dalam Kristus dan bukan sekedar berpindah agama?
Jawaban
yang sederhana ialah bahwa baik penginjilan, berdirinya gereja dan pertumbuhan
gereja harus berorientasi pada Alkitab. Satu-satunya jawaban yang bisa
diandalkan ialah berupaya kembali pada prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan yang
digambarkan dalam Kitab Kisah Para Rasul.
Sebuah
Gereja bertumbuh maksimal, jika dengan giat menjalankan fungsinya dalam
penginjilan yang intensif dan ekstensif.
Bersifat ekstensif
: Menjangkau semua kelompok dan orang dalam komunitas itu dan semua bangsa di
bumi.
Bersifat Intensif
: Menyentuh semua fase pengalaman manusia dan menundukkan seluruh kehidupan
dibawah Kristus.
Akhirnya
penginjilan harus bersifat terus-menerus, bukan sporadic. Penginjilan harus
denyut hidup serta gaya hidup dari seluruh Gereja. Peningkatan kualitas
penginjilan akan sangat baik bagi pertumbuhan Gereja, dan setelah Gereja
bertumbuh secara kuantitas bertambah, jangan terjebak dengan urusan
ke-organisasian Gereja yang akhirnya akan mematikan kobaran Api Roh Kudus dalam
diri Jemaat hanya karena merasa gereja sudah menjadi besar sehingga menjadi
lupa bahwa bukan karena Organisasi Gerejanya yang membuat gereja itu bertumbuh
tetapi Firman Allah yang hidup dan terus berkobar di dalam diri para Jemaat
sampai mengalami tranformasi yang dashyat dan terus meningkat. Sehingga
pertumbuhan tersebut dapat mencapai apa yang diinginkan Oleh Kristus.
DAFTAR
PUSTAKA
ALKITAB
Conterius,
Wilhem Djulei. Misiologi dan Misi Gereja Milenium Baru. Flores : 2001
Penerbit Nusa Indah.
Woga,
Edmund. Dasar-Dasar Misiologi. Yogyakarta : 2002, Kanisius.
Graham,
Billy. Beritakan Injil. Bandung : 1992, Yayasan Baptis Indonesia.
Stott.
John, Satu Umat . Malang : 1990,
Seminary Alkitab Asia Tenggara.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia
Bosch,
D. J. Transformasi Misi Kristen. ( Jakasrta : 1997, Gunung Mulia.
Gerber,
Vergil. Pedoman Pertumbuhan Gereja/Penginjilan. Bandung : 1982 , Penerbit Kalam
Hidup.
Tanibemas,
Purnawan Pertumbuhan Gereja dan Strategi Penginjilan. Surabaya : 1997. YAKIN.
Wongso,
Peter Tugas Gereja Dan Misi Masa Kini, Malang : 1996, Seminary Alkitab Asia
Tenggara
Artanto,
Widi. Menjadi Gereja Misioner Dalam Konteks Indonesia Yogyakarta : 1997.
Penerbit Kanisius.
Ukur,
Fridolin. TuaianNya Sungguh Banyak. Jakarta : 2002. Gunung Mulia.
[1] ALKITAB
[2]
Salah satu perkataan Pdt.
Stephen Tong https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=168163349946209&id=82233261236. Diambil pada Jumat 24 Oktober
2014 pukul 12:11
[3]
Wilhem
Djulei Conterius, Misiologi dan Misi
Gereja Milenium Baru ( Flores : Penerbit Nusa Indah, 2001 ), hlm. 13.
[6]
http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=1054&res=jpz
diambil
pada Sabtu 25 Oktober 2014, pukul 16:15
[7]
http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=1054&res=jpz diambil pada
Sabtu 25 Oktober 2014, pukul 16:15
[8] George W. Peters, Teologi
Pertumbuhan Gereja (Malang:Gandum Mas,
2002), hlm. 21.
[9] John Raleigh Mott adalah seorang
tokoh penginjilan di kalangan mahasiswa di berbagai universitas di Amerika
Serikat pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Mott dikenal juga sebagai
tokoh ekumene dunia karena turut berperan dalam pembentukan "Dewan Gereja
se-Dunia" (World Church Organization). Lihat. Wikipedia Ensiklopedia
Bebas. John Mott, in http://id.wikipedia.org/wiki/John_Mott, 23 Oktober 2014
[10]
http://www.scribd.com/doc/57935490/67/b-Arti-Penginjilan
[11]
Kamus Besar Bahasa
Indonesia, KBBI v1.1. Amanat.
[12]
Kamus Besar Bahasa
Indonesia, KBBI v1.1. Tumbuh.
[13] Kamus Besar Bahasa Indonesia,
KBBI v1.1. Gereja.
[14] Kamus Besar Bahasa Indonesia,
KBBI v1.1. Prinsip.
[15] Dr. Peter Wongso, Tugas Gereja
Dan Misi Masa Kini (Malang:Departemen
Literatur SAAT, 1999), hlm. 97.
[16]
Ibid, hlm. 106-109.
[17]
H. Berkhof & L. H. Enklaar, Sejarah
Gereja (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1990), hlm. 314.
[18] Ibid. hlm. 316.
[19]Ko·re·la·si /korélasi/ n hubungan
timbal balik atau sebab akibat. Korelasi. In Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI
v1.1.
[20]
Esen·si·al /ésénsial/ a
perlu sekali; mendasar; hakiki. Esensial. In Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI
v1.1.
[21]
http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=1054&res=jpz diambil pada Sabtu 25 Oktober
2014, pukul 16:15
No comments:
Post a Comment