Instagram

Friday, February 19, 2016

Analisa Bentuk Konteks Kitab Roma


ANALISA BENTUK
Konteks Umum
Kitab Roma adalah kitab doktrinal tulisan Rasul Paulus yang paling logis dan sistematis. Dipengaruhi oleh kenyataan-kenyataan di Roma, kitab ini adalah suatu dokuman yang “langka”. Ada sesuatu yang terjadi yang menyebabkan Paulus untuk menulis surat ini. Sebagai tulisan Paulus yang paling bersifat netral, di dalamnya cara Paulus menghadapi permasalahan yang ada (barangkali kecemburuan yang terdapat diantara orang-orang Yahudi yang percaya dengan kepemimpinan kafir, bandingkan pasal 14:1-15:13) merupakan pernyataan yang jelas dari Injil beriikut penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.  Pemberitaan injil oleh Paulus di kitab Roma telah mempengaruhi kehidupan gereja di segala zaman. Memahami kitab Roma adalah memahami Kekristenan! Surat ini membentuk kehidupan dan pengajaran Yesus menjadu suatu batu dasar kebenaran bagi gereja di segala zaman. Martin Luther berkata mengenai kitab Roma: “Buku terutama dari Perjanjian Baru dan injil yang paling murni!” [1]
Beberapa orang menganggap Surat Roma sebagai suatu ringkasan komprehensif dari seluruh teologi Paulus, letapi itu asumsi yang kurang tepat dan tak berfaedah. Memang Paulus ada dalam keadaan jiwa yang lebih reflektif ketika ia menulis Surat Roma ketimbang sewaklu menulis surat Galatia atau Surat-surat Korintus. Tetapi ada beberapa aspek in mikirannya yang penting yang tidak tampak sama sekali di sini - antara lain kepercayaannya akan kedatangan kembali Yesus (parousia), dan tentang hidup setelah mati. Apa yang dikatakannya tentang sifat jemaat djlam Surat Roma juga sangat terbatas dibanding dengan uraiannya yang. Lebih lengkap dalam 1 Korintus.
Surat Roma lebih baik dipahami sebagai suatu uraian yang disusun secara lebih teratur terhadap beberapa tema pokok yang dibahas Paulus dalam Surat Galatia dan 1-2 Korintus (terutama 1 Korintus). Ahli terkemuka abad kc-19, J. B. Lightfoot. pernah menulis, "Hubungan Surat Galatia dengan Surat Roma adalah seperti hubungan model yang kasar dengan patung yang telah selesai". Pengamatan ini cocok, namun situasi di Korintus pasti juga di benak Paulus pada waktu itu. Mungkin Iebih tepat bila dikatakan Surat Roma adalah penguraian dari Surat Galatia, yang dipandang melalui kacamata situasi di Korintus.[2]
Dalam Surat Roma, Paulus tidak hanya menyiapkan diri bagi kunjungannya ke ibu kota kerajaan, ia juga sedang memperhalus beberapa aspek pemikirannya yang ternyata dapat disalahtafsirkan. Hal ini merupakan prioritas utama pada waktu itu, sebab Paulus tahu netibanya di Yerusalem dengan dana yang dikumpulkan, ia harus memberikan penjelasan yang memuaskan mengenai dirinya kepada orang Kristen Yahudi di sana. Mungkin Surat Roma merupakan konsep dari apa yang hendak dikatakannya kepada mereka.
Oleh karena isi Surat Roma begitu dekat hubungannya dengan surat-surat Paulus sebelumnya kepada jemaat-jemaat di Galatia dan di Korintus, kita tidak perlu meringkaskan dengan begitu rinci. Surat Roma dapat dibagi dalam tiga bagian utama yaitu, Bagaimana mengenal Allah (Rm. 1-8), Israel dan keselamatan (Rm. 9-11) dan Perilaku Kristen (Rm. 12-15).[3]
Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada dunia bukan Yahudi. Bertentangan dengan tradisi gereja Katolik-Roma, jemaat di Roma tidak didirikan oleh Petrus atau rasul yang lain. Jemaat di Roma ini mungkin didirikan oleh orang dari Makedonia dan Asia yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin juga oleh orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta (Kis 2:10). Paulus tidak memandang Roma sebagai wilayah khusus dari rasul lain (Rom 15:20).
Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah berkali-kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22). Dia menegaskan kerinduan yang sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk datang dengan segera (Rom 15:23-32).[4]
Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (bd. Rom 15:25-26; Kis 20:2-3; 1Kor 16:5-6), Paulus berada di Korintus di rumah Gayus (Rom 16:23; 1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini melalui pembantunya Tertius (Rom 16:22), dia sedang merencanakan kembali keYerusalem untuk hari Pentakosta (Kis 20:16; sekitar musim semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Rom 15:25-27). Segera setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan mengunjungi gereja di Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari mereka bila makin ke barat (Rom 15:24,28).
Tema Surat Roma diketengahkan dalam Rom 1:16-17, yaitu bahwa di dalam Tuhan Yesus dinyatakan kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-Nya kepada dosa. Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran dasar dari Injil. Pertama, Paulus menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan manusia akan kebenaran adalah umum (Rom 1:18--3:20). Karena baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi berada di bawah dosa dan karena itu di bawah murka Allah, tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui iman kepada Yesus Kristus (Rom 3:21--4:25).
Setelah dibenarkan secara cuma-cuma oleh kasih karunia melalui iman dan setelah mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita (pasal 5; Rom 5:1-21), karunia kebenaran Allah itu dinyatakan dalam kematian kita bagi dosa dengan Kristus (pasal 6; Rom 6:1-23), pembebasan kita dari pergumulan untuk mencapai kebenaran menurut hukum Taurat (pasal 7; Rom 7:1-26), pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah dan hidup baru kita "melalui Roh" yang menuntun kita kepada kemuliaan (pasal 8; Rom 8:1-39). Allah sedang mengerjakan rencana penebusan-Nya kendatipun ketidakpercayaan Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Akhirnya, Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus mengakibatkan penerapan kebenaran dan kasih pada semua bidang kelakuan -- sosial, sipil, dan moral (pasal 12-14; Rom 12:1--14:23). Paulus mengakhiri Surat Roma dengan keterangan tentang rencananya pribadi (pasal 15; Rom 15:1-33) dan ucapan salam pribadi yang panjang, nasihat terakhir, dan sebuah kidung pujian (pasal 16; Rom 16:1-27).[5]






Konteks Khusus
Konteks Dekat
            Pada masa Paulus kota Roma sangat penting. Paulus sendiri menyatakan betapa kuat keinginannya untuk memberitakan Injil di sana. Sebagai ahli siasat memberitakan Injil, ia menyadari pentingnya peranan jemaat Kristen di pusat kerajaan Romawi itu dan, boleh jadi hal ini mempengaruhi bentuk Surat Roma. Asal usul jemaat yg begitu penting ini tidak kita diketahui, dan mereka-rekanya tidaklah berfaedah. Mungkin jemaat itu didirikan oleh orang-orang yg bertobat pada hari Pentakosta, yg kembali ke rumah mereka di Roma dengan luapan kegembiraan karena iman mereka yg baru. Tapi kendati orang Roma disebut dalam Kis 2, tidaklah dirinci apakah mereka bertobat dan menjadi pengikut Kristus pada hari itu. Perjalanan antara Roma dan kota-kota propinsi relatif mudah zaman itu, dan tentu banyak pengikut Kristus yg bepergian melalui jalan raja kerajaan. Ketika Paulus menulis kepada jemaat Roma, jemaat itu sudah cukup besar. Kaisar Klaudius mengusir orang Yahudi dari Roma, yg menurut Suetonius adalah karena ‘Chrestus’. Jika pengusiran itu berkaitan dengan jemaat Kristen, maka mungkin jumlah anggota jemaat Roma sudah sangat besar. Besar kemungkinan bahwa anggota jemaat Roma terdiri dari Yahudi dan non Yahudi, dan kelompok terakhir adalah mayoritas. Komposisi demikian cocok dengan keadaan kota metropolitan di mana Yahudi adalah minoritas, dan kemungkinan ini didukung oleh Rm. Nampaknya Paulus kadang-kadang berbicara khusus kepada kelompok Yahudi, seperti teracu dalam sebutan Abraham ‘bapak kits’ (Kis 4:1) dan acuan pembicaraan langsung dengan para penanya Yahudi dalam ps 2; pada bagian lain ia berbicara kepada non-Yahudi (Kis 1:5 dab; Rom 11:13,28-31). Hanya ada sedikit acuan bahwa tradisi jemaat Roma mengikuti aliran Kristen-Yahudi yg berpandangan sempit, maka wajar menduga bahwa masyarakat Kristen Roma sepaham dengan Paulus. Juga tidak ada bukti perihal ketegangan antara Yahudi dan non-Yahudi seperti nyata dalam Surat Galatia.[6]
Suatu kehidupan yang dari Allah disedikan bagi setiap orang yang dibenarkan karena iman. Dengan memperkenalkan dirinya kepada mereka dalam nada yang agak lebih akrab, Paulus kembali lagi berbicara mengenai Injil Kristus, dan dengan ini perkenalan Paulus sudah mencapai puncaknya. Di dalam Injil Kristus kebenaran Allah dinyatakan, sehingga Dia dapat menyelamatkan orang yang percaya dari murkaNya. Inilah tema Surat Roma. Ini sebabnya dia rindu untuk datang dan memberitakan Injil kepada mereka. Sebenarnya dalam bahasa aslinya Paulus berkata, Sebab aku tidak malu terhadap Injil Kristus, dan bukan bahwa dia "mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil." Memang Paulus sadar bahwa orang percaya selalu tetap digoda untuk malu terhadap Injil Kristus. Dari segi pandangan manusia, Injil Kristus tidak membanggakan. Raja kita dibunuh dengan sebuah salib, suatu kematian yang amat hina. Kita memberitakan kasih Allah, suatu berita yang mudah dicemoohkan.  ...karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya...
Dia yakin bahwa Injil adalah kekuatan Allah, maka dia tidak malu memberitakannya di Roma. Keselamatan yang diceritakan di sini adalah keselamatan dari murka Allah, menurut pasal 5:9. Mulai dengan pasal 1:18, murka Allah diceritakan. Oleh karena murka itu adalah suatu murka yang sekarang dinyatakan atas segala macam kejahatan manusia, maka kita boleh mengerti bahwa kuasa Allah ini menyelamatkan orang dari hukuman dosa yang dialami sekarang (sesuai dengan penjelasan dari murka Allah, 1:18 dst.). [7]
Paulus sebenarnya telah lama ingin mengunjungi orang Kristen di Roma, tetapi keinginan tersebut selalu terhalang (Rm. 1:10-11). Menurut Roma 15:22-25, 28-32, Paulus ingin melewati Roma dalam perjalanannya ke Spanyol. Menurut Roma 1:13-15 dan 15:15-16, Paulus ingin memberitakan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi di Roma. Jadi, nampaknya Paulus menjadikan Roma sebagai basis untuk memperluas pelayanannya ke bagian barat kekaisaran Roma. [8] Karena Paukus bukan pendiri jemaat di Roma, maka ia tidak banyak mengetahui keadaan jemaat itu. Rupanya ia memperoleh sedikit informasi mengenai keadaan jemaat itu. Rupanya ia memperoleh sedikit informasi mengenai keadaan jemaat di sana dari orang-orang Kristen yang berasal dari kota Roma. Oleh karena itu, dalam suratnya ini, ia membahas hal-hal yang berkaitan dengan keadaan nyata jemaat. Dalam surat ini, Paulus ingin meletakkan kerangka dasar Injil yang ia beritakan. [9]
Konteks Jauh
Bagian pertama Surat Roma, merupakan suatu dasar teologis yang panjang, dimulai dengan nats dari Nabi Habakuk: “Orang yang benar akan hidup oleh kepercayaannya” (Hab. 2:4). Disini Pulus melakukan gaya pembelaan yang sudah kita kenal dari Surat Galatia; dan memang banyak pokok yang dikemukakannya sama dengan pokok-pokok Surat Galatia. Semua orang, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yhudi di bawah kuasa dosa. Di luar Kristus tidak ada jalan keluar untuk luput dari kutukan Allah terhadao dia (Rm. 1:18-3:20). Namun terbuka kemungkinan untuk menerima “kebenaran Allah”, yakni pembebasan dari vonis penghukuman Allah dan kuasa untuk mendapat bagian dalam kebaikkan Allah sendiri. Ini sesuatu yang dapat diperoleh hanya melalui iman kepada Kristus, dan bukan karena perbuatan baik (Rm, 3:21-4:25).
Sama seperti dalam Surat Galatia, Paulus menjelaskan tema ini dengan mengambil contoh dari kehidupan Abraham (Rm. 4). Ia kemudian melanjutkan (Rm. 5-8) dengan menggambarkan hasil hubungan baru dengan Allah ini: Kebebasan dari murka Allah; kebebasan dan perhambaan dosa; kebebasan dari hukum Taurat; dan kebebasan dari kematian melalui pekerjaan Roh Allah di dalam Kristus. “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita” (Rm. 8:37). Paulus langsung membahas persoalan inti-nomianisme dalam Roma 6:1-8:39. Ia menerangkan walaupun orang-orang Kristen dibebaskan dari semua peraturan hukum eksternal dalam upaya memperoleh status yang berkenan kepada Allah, mereka pada kenyataannya telah memasuki suatu jenis pelayanan lain. Mereka bukan lagi hamba dosa (Rm. 6:17); mereka sekarang hamba Allah (Rm. 6:22). Orang-orang Kristen dibebaskan bukan untuk berbuat sesuka hatinya, melainkan supaya “menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya” (Rm. 8:29) melalui pekerjaan Roh Kudus dalam dirinya. [10]
Paulus mungkin mengutip kata-kata Yesus dalam Mar 8:38 dan Luk 9:26. Ia tidak malu terhadap isi dari injil maupun penganiayaan yang diakibatkannya (II Tim 1:12,16,18). Dalam I Kor 1:23 Orang Yahudi malu terhadap Injil karena peneguhannya tentang Mesias yang menderita, juga terhadap orang Yunani karena Injil mengajarkan kebangkitan tubuh.
Injil adalah untuk semua manusia (Oh. betapa saya suka kata-kata "setiap orang". "barang siapa". "semua"), namun percaya adalah salah satu syarat untuk penerimaan (lili. Kis 16:30-31). Syarat lain adalah pertobatan (lih. Mar 1:15: Kis 3:16.19: 20:21). Allah menghadapi manusia dengan cara membuat perjanjian. Ia selalu mengambil inisiatif dan menetapkan agenda (lih. Yoh 6:44.65). Namun ada beberapa syarat-syarat balasannya. lihat catatan pada 1:5.
Kata Yunani. yang disini diterjemahkan sebagai "percaya". dapat juga diterjeinahkan menjadi "iman" dan "kepercayaan (trust)". Kata-kata Yunani memiliki konotasi yang lebih luas dibanding kata apapun dalam bahasa Inggris. Perhatikan. bentuk kata ini adalah PRESENT PARTICIPLE. Iman yang menyelamatkan adalah iman yang bersifat terns menerus (lih. I Kor 1:18: 15:2: II Kor 2:15:1 Tes. 4:14).[11]
Aslinya kata Ibrani yang berhubungan dibalik kata Yunani "iman" berarti suatu kuda-kuda yang stabil. seorang laki-laki dengan posisi kaki yang terbuka sehingga tak mudah digeser. Lawan kata dari penggambaran PL adalah "kakiku ada dalam lumpur rawa" (Maz 40:3). sedikit lagi kakiku terpeleset" (Maz 73:2). Akar kata Ibrani tersebut adalah emttn. emunah. aman. dipakai untuk menggambarkan seseorang yang bisa dipercaya. loyal dan dapat diandalkan. Iman yang menyelamatkan tidak mencerminkan kemampuna manusia yang telah jatuli untuk berlaku setia. namun mencerminkan kesetiaan Allah! Pengharapan orang-orang percaya tidak terletak pada kemampuan mereka. namun dalam karakter dan janji-janji Allah. Ini adalah kebisa-dipercayaanNya. kesetianNya. dan janjiNya!
"Pertama-taina orang Yahudi"' Alasan dari hal ini didiskusikan secara singkat dalam 2:9-10 dan 3 dan akan dikembangkan sepenuhnya dalam pasal 9-11. Ini mengikuti pemyataan yesus dalam Mat 10:6: 15:24; Mar 7:27.
Ini mungkin berkaitan dengan kecemburuan antara Orang percaya Yahudi dan Non Yahudi di gereja Roma.[12]
            1:17 "kebenaran Allah" Frasa ini dalam konteks menuujuk pada (1) karakter Allah, dan (2) bagaiinana la memberikan karakter tersebut pada manusia berdosa. Terjemahan Jerusalem Bible menulis "ini adalah yang mengungkapkan keadilan Allah". Walau hal ini menuujuk pada gaya hidup moral dari orang-orang percaya, namun tekanan utamanya adalah status hokum mereka dihadapan Hakim yang Benar. Penganugerahan Kebenaran Allah kepada manusia yang sudah jatuh dan berdosa, sejak Reformasi. Telah dika 1 akteristikka 11 sebagai "pembenaran oleli iman" (lib. II Kor 5:21; Flp 3:9). Inilah ayat yang telah mengubalikan kehidupan dan teologi dari Martin Luther! Naniim demikian. sasaran dari pembenaran adalah penyucian, keserupaan dengan Kristus, atau karakter kebenaran Allah (lib. Rom 8:28-29; Ef 1:4; 2:10; Gal 4:19).
Frasa ini memiliki dua PREPOSISI, ek dan eis, yang menekankan pada transisi atau pembangunan. Ia menggunakan struktur yang sama dalam II Kor 2:16 dan apo dan eis dalam II Kor 3:18. Kekristenan adalah anugerah yang diharapkan akan menjadi karakteristik dan gaya hidup. Ada beberapa kemungkiiian dalam penterjemahan frasa ini. PB dari Williams menterjemahkannya sebagai "Jalan dari iman yang memimpin kepada iman yang lebih besar". Titik teologis utama disini adalah: (1) iman datang dari Allah ("dinyatakan"); (2) manusia hams menanggapi dan terns menanggapi; dan (3) iman hams nienghasilkan kehidupan kudus. Satu hal yang pasti, "iman" dalam Kristus adalah sangat penting (lib. 5:1, Flp 3:9). Penawaran Allah akan keselamatan tergantung daiipada tanggapan iman (Mar 1:15; Yoh 1:12; 3:16; Kis 3:16, 19:20:21).
Ini adalah kutipan dari Hab 2:4. nannm bukan dari Naskah Masoratis atau Sepaiaginta. Dalam PL "iman" memiliki arti pengga kepada". Iman yang menyelamatkan didasari oleh kesetiaan Allah (lih 3:5,21,22,25,26). Bagaimanapun kesetiaan manusia adalah suatu bukti bahwa seseorang telah mempercayai syarat-syarat Allah. Teks PL yang sama dikutip dalam gal 3:11 dan Ibr 10:38. Unit tulisan yang berikut, Roma 1:18-3:20. mengungkapkan lawan dari kesetiaan Allah.[13]

Sitz Im Leben
Gendre
Logical discourse. Genre kesusastraan Alkitab ini juga disebut kesusastraan berbentuk ‘surat’ dan menunjuk pada surat-surat di Perjanjian Baru, dari mulai Kitab Roma sampai Yudas.[14]
Sastra surat-surat dalam PB yang biasa disebut sebagai epistel (epistolary literature), banyak kesesamaannya dengan jenis tulisan sastra dalam tradisi Hellenisme. Stereotip tulisan itu selalu mempunyai rangka:
1)        Pembukaan surat (prescript), yang berisi penulis, orang yang dialamatkan dan salam yang berisi harapan atau keinginan untuk sehat, mohon doa restu dan informasi lainnya.
2)        Batang tubuh surat mengungkapkan isi surat, yang berasaskan dia kepada Allah, rasa terima kasih, pemahaman situasi penulis atau kenangan bersama dan hubungan penulis dan orang yang dialamatkan, dan barulah menyentuh isi surat, apa yang diminta, harapan perkunjungan atau tantangan yang perlu dihadapi.
3)        Akhir surat, yang diikuti salam penutup, termasuk keinginan akan kesehatan orang yang dialamatkan atau orang-orang yang dikenal.
Dari jenis surat itu banyak kesamaannya dengan jenis-jenis surat dalam PB, terlebih-lebih bentuk koresponden pribadi dalam waktu Hellenisme.
dialamatkan, dan barulah menyentuh isi surat, apa yang diminta, harapan perkunjungan atau tantangan yang perlu dihadapi.
1)        Tulisan Paulus, yang tidak dipermasalahkan Paulus sebagai penulisnya. Tulisan itu ditulis di sekitar pertengahan abad pertama seperti Surat Roma, 1 Tesalonika, 1-2 Korintus, Filemon, Galatia, Filipi.
2)        Tulisan Paulus, yang dipermasalahkan karena dianggap gaya bahasa dan isi logikanya tidak sesuai dengan identitas Paulus. Surat-surat itu selalu disebut sebagai Pseudo-Paulus. Surat-surat itu ialah 2 Tesalonika, Kolose dan Efesus. Surat lain berisi masalah penggembalaan (pastoral), yang ditang-gapi oleh para penulisnya tidak lain adalah Paulus, yaitu 1-2 Timotius dan Titus.[15]
Surat-surat Paulus (bahasa InggrisPauline epistlesEpistles of Paul, atau Letters of Paul) adalah kumpulan sejumlah surat-surat tulisan Paulus yang kemudian menjadi kitab-kitab dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Ada tiga belas surat yang dimulai dengan nama "Paulus" (Παῦλος) pada kata pertamanya, dan dengan demikian memberikan identitas Paulus sebagai penulisnya. Di antara surat-surat ini terkandung ajaran-ajaran paling awal dalam Kekristenan, termasuk perdebatan prinsip dalam gereja mula-mula, munculnya aliran-aliran yang tidak sejalan dan, sebagai bagian dari Kanon Alkitab, semua surat ini terus menerus menjadi landasan teologi Kristiani dan etika KristenSurat Ibrani tidak memuat nama "Paulus" sama sekali, meskipun pada zaman kuno dianggap juga merupakan tulisan Paulus, pada zaman sekarang masih diragukan apakah benar-benar tulisannya.[16]
Surat-surat Rasul Paulus (sama seperti surat-surat lain di Perjanjian Baru) merupakan karya sastra yang unik. Surat-surat ini berbeda dari semua gaya surat yang ditemukan dalam sastra di luar Alkitab. Di banyak surat yang ditulis atas papirus, salam penutup ditulis dalam tulisan yang berbeda dari bagian lain surat itu. Surat-surat Paulus mengikuti susunan umum ini. Yang menjadikan surat-surat ini bersifat khusus adalah unsur pernyataan dan nasihat rasuli, yang memberikannya wibawa khotbah-khotbah tertulis. Paulus mengembangkan salam baku yang hambar menjadi suatu gabungan berharga dari "kasih karunia" dan "damai sejahtera" - gagasan-gagasan yang khas kristiani dan Ibrani. Kemudian ia mengganti bagian berikut (ucapan syukur karena kesehatan dan kebahagiaan si penerima) dengan suatu berkat (yaitu, ucapan syukur karena berkat-berkat yang diterima dari Allah). Bagian utama surat-surat Paulus dimulai dengan suatu metode terkenal yang diambil dari aturan seni pidato Yunani dan Romawi. Dalam usahanya untuk menegakkan hubungan baik dengan para pembacanya, Paulus mengajukan permohonan, himbauan, atau nasihat. Kadang-kadang ia menggunakan sebuah "formula penyingkapan" (mis., "Aku mau supaya kamu mengetahui," dan "Kami tidak mau bahwa kamu tidak mengetahui"). Pada saat lain, ia mengucapkan selamat kepada para pembacanya atas keberhasilan pekerjaan mereka (bdg. Flp. 1:3-6; I Tes. 1:2-10) dan keadaan rohani mereka yang sehat (I Tes. 1:4-5; II Tes. 1:3-4). [17]
Surat-surat Paulus biasanya ditempatkan di antara Kisah Para Rasul dan Surat-surat Am. Pada sejumlah naskah kuno, misalnya minuscule 175325336, dan 1424, surat-surat Paulus ditempatkan di akhir Perjanjian Baru. Semua surat-surat tersebut memuat nama Paulus sebagai penulisnya. Sejumlah klasifikasi memasukkan Surat Ibrani, yang tidak memuat nama penulis, sebagai surat-surat Paulus, bukan termasuk ke dalam Surat-surat Am, tetapi siapa penulis Surat Ibrani masih diperdebatkan sejak zaman dahulu sampai sekarang, dan banyak yang meragukan bahwa penulisnya adalah Paulus.  Pada naskah-naskah kuno Perjanjian Baru Surat Ibrani ditempatkan di antara surat-surat Paulus:
·         antara Rom dan 1 Kor dalam mss ("naskah-naskah"): Papirus 46 dan dalam minuscule103455, 1961, 1964, 1977, 1994.[18]
Paulus mengirimkan surat ini kepada gereja yang tidak didiri-kannya dan tidak pernah dikunjunginya. Karena itu, tidak heran kalau dokumen ini berbeda sifatnya dengan surat-surat Rasul yang lainnya. Ia tidak dapat mengacu kepada kunjungannya kepada gereja itu ataupun peristiwa-peristiwa yang telah terjadi setelah keberangkatannya. Ia pun tidak membahas dalam suratnya ini 'urusan-urusannya dengan gereja itu'. Karena itu, pertanyaan yang pertama-tama muncul ialah, mengapa ia sampai menulis surat itu. 
Sebuah alasan meskipun hanya suatu alasan langsung -yang dapat segera disebutkan ialah bahwa Paulus akhirnya bermaksud, dalam memenuhi kerinduannya yang telah lama tersimpan (bnd. 1:13) untuk mengunjungi gereja itu (15:22 dyb.). Hal ini akan memberikannya alasan menulis sebuah surat. Namun anehnya ialah bahwa Paulus hanya sambil lalu saja berbicara mengenai rencananya itu dan kita tentunya tidak dapat mengata-kan bahwa rencana-rencana itu adalah tenia suratnya. Pada kenyataannya surat ini memberikan kesan sebagai suatu risalat. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah Paulus, sehubungan dengan niat kunjungannya itu, mengirimkan risalat demikian hanya kepada orang-orang di Roma.[19]
Kalau demikian halnya, dari sudut pandang yang murni sastra, dokumen ini akan menyajikan sesuatu yang sama sekali berbeda dengan apa yang telah kita bicarakan sejauh ini dalam semua surat Paulus, di mana isi suratnya selalu mempunyai kaitan langsung kepada keadaan jemaat. Kita masih akan memiliki surat menurut definisi Deissmann, tetapi surat itu telah berkembang begitu jauh sehingga menjadi suatu 'episteF. Sejauh menyangkut masalah tafsiran, hal ini berarti bahwa kita tak perlu menaruh perhatian apa pun kepada situasi di Roma. Kalau surat itu meru-pakan risalat, maka pada prinsipnya ia, mungkin telah dikirimkan ke mana-mana, dan kita harus mempertimbangkan keadaan itu hanya sejauh hal itu berhubungan dengan keadaan umum jemaat-jemaat Paulus, seperti yang dilihat oleh rasul itu pada masa itu.[20]
Karena itu, masalah corak sastra dokumen ini merupakan masalah pengantar yang cukup penting. Bila kita salah menjawabnya, jelas kita akan dibawa kepada kesalahpahaman akan keseluruhan dokumen itu. Kita akan memeriksa masalah ini langkah demi langkah. Dalam 15:22-26 Paulus menulis, 'Itulah sebabnya aku selalu terhalang untuk mengunjungi kamu. Tetapi sekarang, karena aku tidak lagi mempunyai topos (tempat kerja) di daerah ini (yaitu di Timur) dan karena aku telah beberapa tahun lamanya ingin mengunjungi kamu, aku harap dalam perjalananku ke Spanyol (aku dapat singgah di tempatmu dan bertemu dengan kamu, sehingga kamu dapat mengantarkan aku ke sana . . .) Apa yang diuraikan rasul di sini adalah confessiones-nya.y Hal ini berhubungan, demikian Feine-Behm, khususnya dengan latar belakang Yahudinya, yang di sini harus dihadapinya. 'Untuk alasan itu surat ini memberikan kesan lebih sebagai suatu mo-nolog ketimbang sesuatu yang ditulis untuk orang lain.' Peralihan baru pekerjaan penginjilan itu membawanya pada tindakan pe-meriksaan diri serta penjelasan, untuk menyusun suatu neraca keseimbangan atas kegiatan-kegiatannya selama ini. Usul-usul ini cukup penting untuk persoalan kategori sastra bila kita meng-golongkan surat ini, karena confessiones ini - paling tidak secara teoritis - dapat dikirim ke mana saja oleh Paulus. Tetapi dapatkah kita sungguh-sungguh menggambarkan surat ini secara tepat sebagai suatu monolog? Dan bila kita membahas masalahnya dari sudut pandang psikologis dan mengatakan bahwa saat itu merupa-kan saat yang tepat bagi Paulus untuk meninjau ulang pelayanan.
Perlawanan terhadap rasul tidak muncul karena masalah antara Kekristenan Yahudi dan bukan Yahudi, melainkan antara Kekristenan dan Gnostisisme (meskipun benar bahwa yang kedua itu mengambil bentuk Kristen-Yahudi). Untuk itu hanya ada satu kekecualian - yaitu Yerusalem. Bila kita memandang ke belakang pada Sidang para Rasul, Paulus mungkin sekali telah mengatakan bahwa ada satu masalah di sini. Karena itu, Fuchs3" telah meng-usulkan bahwa Yerusalem itulah yang secara rahasia menjadi alamat surat Roma. Bagaimanapun, hal ini sama sekali tidak menyelesaikan masalahnya, karena surat Roma bukanlah sebuah surat rahasia untuk Yerusalem, melainkan jelas merupakan surat untuk Roma. Kendati masalah-masalah ini memang Paulus hadapi di Yerusalem (dan jelas memang inilah masalahnya), hal ini tidak menjelaskan apa sebabnya ia mengirimkan surat itu - seperti yang terpaksa harus kita katakan - kepada 'alamat yang rahasia'. Sudah tentu, mungkin saja bahwa dalam menulis surat ini Paulus (dalam batas-batas tertentu) membayangkan masalah-masalah di Yerusalem.[21]
Cukup penting untuk persoalan kategori sastra bila kita menggolongkan surat ini, karena confessiones ini - paling tidak secara teoritis - dapat dikirim ke mana saja oleh Paulus. Tetapi dapatkah kita sungguh-sungguh menggambarkan surat ini secara tepat sebagai suatu monolog? Dan bila kita membahas masalahnya dari sudut pan dang psikologis dan mengatakan bahwa saat itu merupa-kan saat yang tepat bagi Paulus untuk meninjau ulang pelayanan-nya selama ini, apakah akan dapat dimengerti, atau lebih di-mengerti, kalau surat ini mengambil bentuk surat perpisahan kepada jemaat-jemaat yang telah didirikannya? Mengapa Paulus menujukan confesiones-nya ini secara khusus kepada Roma? Kita harus berupaya untuk mendapatkan alasan untuk hal itu.
Michel30' memberi penjelasan lebih lanjut. Ia berpendapat bahwa dalam 'surat didaktis' ini Paulus memaparkan suatu apolo­gia. 'Masalah sesungguhnya yang membangkitkan perlawanan berulang-ulang kepada rasul ini ialah hubungan antara Yudaisme dan paganisme (kekaflran) atau Kekristenan asal Yahudi dan Kekristenan bukan Yahudi dalam pemberitaannya.' Pemberitaan Paulus membuat ma rah "sinagoge" dari waktu ke waktu, dan Paulus tentunya takut bahwa gereja Roma akan mempercayai laporan buruk mengenai dia. Karena itu, Michel secara khusus menolak penggambaran surat ini sebagai suatu confessio.[22]
Sub Gendre
Sub-genre dari sastra tulisan PB ditemukan banyak jenisnya1", yaitu:
1.         Topos dalam Rm. 13 dan 1 Ptr. 4:7 - 5:11.
2.             Daftar sifat buruk dan kebajikan (1 Kor. 5:10-11; Kol. 3:12-14; Rm. 1:29-31; 1 Kor. 6:9-10; 2 Kor. 6:6-7; Gal. 5:19-23; Ef. 6:14-17; Flp. 4:8; Tit. 1:7-8; Yak. 3:17; 1 Ptr. 4:3; 2 Ptr. 1:5-8; Why. 9:20-21).
3.         Daftar keadaan sekitar (2 Kor. 12:10; 11:23-28).
4.         Daftar aturan perilaku dalam persekutuan Kristen (Ef. 5:21 -6:9; Kol. 3:18 - 4:1; 1 Tim. 2:1-15; 5:1-21; Tit. 2:1-10; 2 Ptr. 2:13 - 3:7).
5.         Ucapan hikmat (Gal. 5:9; 1 Kor. 15:33; Ef. 5:16).
6.         Pernyataan konfessi (Rm. 10:9; 1 Tim. 3:16).
7.         Nyanyian pujian (Flp. 2:6-11).
8.         Metafora (1 Kor. 3:9b; 2 Ptr. 2:17a; Yak. 3:6a; 1 Kor. 6:19a).
9.         Diatribe [kecaman tajam] (Rm. 6; Yak. 2:18-22).
10.     Captatio bene volentiae (Rm. 7:1; 1 Kor. 9:24) di mana penulisnya membujuk si pendengarnya/pembacanya sesuatu yang diketa-huinya.
11.     Rangkaian kata yang berisi suatu gagasan (Rm. 5:3-5; 2 Ptr. 1:57) atau yang berisi pertanyaan retorik (Rm. 8:31-32), personifi-kasi (Yak. 1:15), suatu ikatan atau kekhususan (bnd. Istilah "satu" dan semua dalam Ef. 4:4-6; istilah "baik maupun" dalam Rm. 8:38-39).[23]
Surat yang didiktekan (Paulus memperkembangkan gagasannya dalam saat mendikte) kepada seorang penulis Tertius (Rom 16:22) dalam bahasa Yunani melengkapi kekurangan sistema dan kelengkapan ajaran dengan suatu dinamika yang hidup dan asli. Pada umumnya menyolok sekali corak khotbah di situ. Uraian theologi dan nukilan-nukilan perenetis dibuat bergantian (bdk.: Rom 6:1-14). Penafsiran PL (oleh Paulus) merupakan cara penguraian yang lazim sekali dalam Yudaisme pada saat itu dan kini kadang-kadang asing sekali bagi kita. Di situ nampak jelas adanya susunan yang tertentu: (1) Pendahuluan: Salam dan hubungannya dengan Roma (Rom 1:1-17). (2) Bagian utama:
a)      Injil tentang kebenaran Allah dan dibenarkannya manusia atas dasar iman (Rom 1:18-8:39).
b)      Tempat bangsa Isr. di dalam rencana keselamatan Allah (Rom 9:1-11:36).
c)      Petunjuk-petunjuk praktis (Rom 12:1-15:13).
3)        Penutup: Salam dan permintaan perhatian (Rom 15:14-16:24) serta doksologi (Rom 16:25-27).[24]






[1] Bob Utley, Kumpulan Komentari Paduan Belajar Perjanjian Baru, Vol. 5, (TEXAS: Bible Lessons International, Marshall, 2010), 22.
[2] Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 2011), 369.
[3] Ibid, 370.
[4] Donald C. Stamps, Alkitab Penuntun: Hidup Berkelimpahan,( Malang: Gandum Mas, 2010), 1832.
[5] Ibid, 1833.
[6] Ensiklopedi Alkitab Masa Kini
[7] Dave Hagelberg, Tafsiran Alkitab oleh Dave Hagelberg, (Surabaya: Penerbit Momentum, 2011)
[8] Perjanjian Baru Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok (Jakarta; Bina Media Informasi, 2010), 200.
[9] Udo Schnelle, Op. Cit., hal. 109, 110, 112.
[10] Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Malang; BPK Gunung Mulia, 2011), 370.
[11] Bob Utley, Kumpulan Komentari Paduan Belajar Perjanjian Baru, Vol. 5, (TEXAS: Bible Lessons International, Marshall, 2010), 45.
[12] Ibid, 46
[13] Ibid, 47-48
[15] Sitompul A.a. & Beyer U. Dr, Metode Penafsiran Alkitab, (Jakarta: Gunung Mulia, 2008),243.

[16] http://id.wikipedia.org/wiki/Surat-surat_Paulus , diambil pada tanggal 21 Februari 2015 pukul 14:52.
[17]http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=778&res=almanac , diambil pada tanggal 21 February 2015 pukul 18:33.
[18]Ibid.
[19] Willy Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta; BPK Gunung Mulia, 2008), 105.
[20] Ibid, 106.
[21] Ibid, 106-107
[22] Ibid, 107-108
[23] Sitompul A.a. & Beyer U. Dr, Metode Penafsiran Alkitab, (Jakarta: Gunung Mulia, 2008),243.
[24] http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=Surat diambil pada tanggal 21 februari 2015 pukul 19:09.

No comments: