TEOLOGI
SAHABAT
Kata sahabat selalu identik dengan hubungan karib antar seorang dengan seorang lainnya. Sahabat dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah kawan; teman; handai; -- dekat sahabat karib; karib
sahabat yang sangat erat (baik); menjadi seorang teman yang akrab; dia seperti
kakak.[1] Kata sahabat muncul 53 kali dalam Perjanjian Lama dan 30 kali dalam Perjanjian Baru. Kali ini akan membahas mengenai arti kata dan makna kata sahabat dalam Alkitab.
Dalam Amsal 17:17 berbunyi
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang
saudara dalam kesukaran.” Kata sahabat disini berasal dari kata אהב kata kerja qal partisif maskulin tunggal, yang berarti to
love/to beloved atau cinta/orang yang dicintai. Kata kerja qal memiliki
dua bentuk. Pertama, Stative, yang menyatakan suatu keadaan atau kondisi,
seperti ‘be heavy’, ‘be small’, ‘be ashamed’. Kedua, Fientive, menyatakan
tindakan/perbuatan, misalnya ‘go’, ‘give’, ‘put’. Sehingga bentuk yang tepat
bagi kata ini adalah Fientive Verbs.[2]
Kata ini jenis kata Fientive, berarti kata ini merupakan bentuk
pernyataan dari tindakan atau perbuatan seseorang terhadap seorang lainnya. Dalam Biblical Aramaic
Berbentuk partisip, digunakan di antara kata kerja dan kata benda. Hal itu mungkin
mengalami penurunan sebagai kata benda atau kata sifat lainnya. Sebagai kata
benda atau kata sifat, partisip tidak memiliki waktu. Terdapat 2 (dua) bentuk
partisip, yaitu: Pertama, partisip
aktif dari konyugasi tunggal, adalah berbentuk kata sifat, qatil, yang nampak dengan kata sifat lainnya dalam suku kata
terakhir; Kedua, partisip pasif dari
konyugasi tunggal, adalah berbentuk qatil.
Kata kerja partisip yang secara umum paling banyak digunakan dalam Biblical
Aramaic adalah untuk menyatakan waktu sekarang. Kadang-kadang, sebagai kata
kerja, partisip aktif digunakan untuk menyatakan sebenarnya dari semua bentuk
waktu yang sama sebagai imperfek, dengan konteks yang menentukan bentuk waktu
secara spesifik. Penggunaan partisip sebagai pengganti imperfek biasa ditemukan
dalam semua bahasa dan dialek Aram, bahkan itu juga diserap ke dalam
post-Biblical Hebrew. Partisip aktif umumnya digunakan untuk mengikuti bentuk:
future, present, past, yusif, dan pernyataan ‘menjawab dan berkata’ atau
‘menjawab dan mengatakan’ (biasanya di antara kata kerja adalah partisip,
tetapi kadang tidak perlu juga). Partisip pasif lebih sering digunakan sebagai
predikat kata sifat (kadang-kadang sebagai kata sifat kualitas). Kadang-kadang,
itu juga mungkin digunakan untuk menyatakan partisip aktif. Partisip pasif juga
mungkin digunakan bersama dengan perfek untuk menyatakan pluperfek.[3] Kata benda maskulin tidak
memiliki ciri tertentu yang menunjukkan jenis kelaminnya. Namun sebutan untuk
manusia dan binatang tentu mengikuti jenis kelaminnya yang alamiah, misalnya
laki-laki, suami, putra, dsb. Jadi
dapat disimpulkan bahwa sahabat dalam bahasa Ibrani memakai kata אהב damempunyai arti yang sangat dalam, bahwa bentuk pernyataan
dari tindakan/perbuatan yang mengasihi atau mencintai seseorang dengan bentuk waktu yang sama
sebagai imperfek, dengan konteks yang menentukan bentuk waktu secara spesifik dan memiliki kekuatan maskulin yaitu kuat. Jadi kekuatan
dari seorang sahabat sangat luar biasa.
Kata sehabat pertama kali muncul dalam Ulangan 13:6 “Apabila
saudaramu laki-laki, anak ibumu, atau anakmu laki-laki atau anakmu perempuan
atau isterimu sendiri atau sahabat karibmu membujuk engkau diam-diam,
katanya: Mari kita berbakti kepada allah lain yang tidak dikenal olehmu ataupun
oleh nenek moyangmu, salah satu allah bangsa-bangsa
sekelilingmu, baik yang dekat kepadamu maupun yang jauh dari padamu, dari ujung
bumi ke ujung bumi, maka janganlah engkau mengalah kepadanya dan janganlah
mendengarkan dia. Janganlah engkau merasa sayang kepadanya, janganlah
mengasihani dia dan janganlah menutupi salahnya”. Dalam ayat ini Musa mengingatkan kepada orang Israel
untuk tidak mengikuti bujukan dari seorang Peran sahabat untuk berbakti kepada allah lain yang tidak
dikenal, jadi betapa pentingnya peran sahabat untuk dapat membujuk seseorang
untuk membawa setiap langkah kita dalam menjalani kehidupan ini. Selanjutnya
kata sahabat ini muncul pada Hakim-hakim 1:24 “Ketika pengintai-pengintai itu melihat
seorang keluar dari kota itu, maka berkatalah mereka kepadanya: "Tolong
tunjukkan bagaimana kami dapat memasuki kota ini, maka kami akan memperlakukan
engkau sebagai sahabat."
Para pengintai menjanjikan kepada orang Betel (ayat 23) untuk dapat mengatakan
bagaimana mereka dapat memasuki kota Lus, sehingga ketika orang tersebut
mengatakannya, para pengintai membiarkan mereka pergi, membiarkan mereka pergi
berarti para pengintai memberikan kasih kepadanya sehingga dia tidak
dibunuhnya.
Dalam konteks kitab sejarah, dalam 1 Raja-raja 4:5 Zabut bin
Natan, yang adalah seorang imam menjadi sahabat raja. Istilah sahabat raja
dipakai dalam arti yang lebih sekular, yaitu untuk seorang kepada daerah.
Selanjutnya dalam 1Tawarikh 27:33
Ahitofel adalah penasihat raja; Husai, orang Arki, adalah sahabat
raja. Cerita mengenai Husai orang Arki dapat dilihat dalam Yosua 16:2,
kesetiaannya terhadap rajanya, dan kesediaannya menanggung risiko yg berbahaya,
menunjukkan suatu pola pelayanan yg patut diteladani orang Kristen (2Sam 15:32).
Kehadiran Husai di tempat tinggi di bagian timur Yerusalem di mana Daud
berhenti, misinya yg berhasil menggagalkan saran Ahitofel, dan kehadirannya
merupakan jawaban atas doa Daud (2 Sam. 15:31) Dalam daftar pegawai Daud, penulis
Taw mendaftarkan nama Husai sebagai ‘sahabat raja’ (1Taw 27:33; 2Sam 15:37).
Baana, anak dari Husai, muncul dalam daftar nama kepala daerah yg ditempatkan
Salomo di seluruh Israel (1Raj 4:7,16).[4]
Dan dalam 2 Tawarikh 20:7 “Bukankah
Engkau Allah kami yang menghalau penduduk tanah ini dari depan umat-Mu Israel,
dan memberikannya kepada keturunan Abraham, sahabat-Mu itu, untuk
selama-lamanya?” Dalam doa Yosafat ketika
bani Moab dan bani Amon datang berperang melawan dia, Yosafat berdoa dan
mengatakan kepada TUHAN untuk mengingat janji-Nya kepada sahabat-Nya Abraham.
Abraham dikatakan sebagai sahabat ALLAH, karena kesetiaan dan kepercayaan Abraham
kepada Allah.
Selanjutnya bebarapa kisah yang memuat mengenai hubungan seorang
sahabat, yaitu dalam kitab Samuel. Disitu bagaimana Amnon mempunyai seorang
sahabat bernama Yonadab, anak Simea kakak Daud dan si Yonadab adalah seorang
yang sangat cerdik (2 Sam 13:3). Hubungan antara Husai yang adalah sahabat
Daud, Husai yang sangat setia kepada Daud dan membela Daud di hadapan Absalom
(2Sam. 16:16-18).
Dalam konteks kitab kikmat dan puisi menjelaskan bahwa banyak hal
yang dapat merenggangkan hubungan sahabat karib, kata karib berasal dari kata אַלּוּף yang adalah kata benda umum maskulin tunggal absolut homonym. Kata
ini memiliki arti bukan hanya karib tetapi “familiar atau akrab”. Dalam keakrapan itu akan muncul di dalamnya kepercayaan (Yer. 11:19) dan orang kepercayaan atau teman karib (Yer,
3:4). Seperti dalam Amsal 16:28 “Orang
yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat
yang karib.” ; Amsal 17:9 “Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih,
tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib”. Amsal 18:24 “Ada teman yang mendatangkan kecelakaan,
tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara.”
Amsal 22:11“Orang yang mencintai kesucian
hati dan yang manis bicaranya menjadi sahabat raja”Kitab Amsal
berisi peribahasa-peribahasa umum yang singkat dan tajam mengenai masalah
hidup; ini adalah kumpulan amsal ilahi yang menunjukkan jalan kekudusan.[5]
Tetapi tidak selamanya
sahabat akan slalu menaruh kasih dalam kehidupan kita. Karena melalui sahabat
juga Tuhan akan memproses kita. Bayangkan saja seorang sahabat yang menaruh
kasih dan sayangnya kepada kita dan juga merupakan kepercayaan kita, tiba-tiba
meninggalkan kita. Kisah hubungan Ayub dan sahabat-sahabatnya dapat menjadi
contohnya. Ketika sahabat-sahabat Ayub mendengar kabar tentang segala
malapetaka yang menimpah Ayub, mereka datang dan ibersepakat untuk mengucapkan
belasungkawa kepadanya dan menghibur Ayub (Ayb 2:11). Tetapi para sahabat Ayub
tidaklah terus bersama Ayub ketika Ayub dalam mengadapi masalahnya dari Tuhan.
Sahabat-sahabat mencomohhnya (Ayb 16:20) dan mempersalahkannya (Ayb. 32:3).
Ketika seorang sahabat melakukan demikian, Ayub tetap mengarah kehidupannya
kepada Allah dan mempercayai Allah, sehingga dapat kita liat Ayub dipulihkan
keadaannya oleh TUHAN, dan memberikan kepada Ayub dua kali lipat segala
kepunyaannya dahulu (Ayb. 42:10). Dalam kitab Mazmur juga bahwa “ Bahkan sahabat karibku yang kupercayai,
yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku. “ (Maz. 41:9
(41:10). Ayat ini dikutip oleh Yesus dan menerapkannya pada peristiwa
pengkhianatan-Nya oleh Yudas Iskariot, yang adalah sahabat yang dipercayai-Nya.
[6]
Dalam Mazmur 88:18 (88-19) “Telah
Kaujauhkan dari padaku sahabat dan teman, kenalan-kenalanku adalah
kegelapan.” Pengalaman pemazmur sangat mirip dengan pengalaman Ayub,
walaupun di dalam kasus ini tidak diberi tahu alasan di balik penderitaannya
dan diamnya Allah. Mazmur ini menyatakan bahwa Allah kadang-kadang mengizinkan
saat-saat kesusahan dan putus asa di dalam kehidupan orang percaya. Sungguh
merupakan pengalaman yang suram bila tidak ada alasan yang jelas untuk
persoalan-persoalan kita dan bila Allah terasa jauh sekali. Sepanjang
penderitaan semacam itu ada unsur misteri yang baru tersingkap waktu kita
bersama Allah. Kita tidak boleh lupa bahwa pada akhirnya “baik maut maupun hidup ... baik yang ada sekarang, maupun yang akan
datang ... tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam
Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rom. 8:38-39).
Begitu juga dalam
kitab nabi-nabi besar dan kecil, kata sahabat karib juga ada di dalamnya.
Seperti dalam Yeremia 20:10 “Aku telah mendengar bisikan banyak orang:
"Kegentaran datang dari segala jurusan! Adukanlah dia! Kita mau mengadukan
dia!" Semua orang sahabat karibku mengintai apakah aku tersandung
jatuh: "Barangkali ia membiarkan dirinya dibujuk, sehingga kita dapat
mengalahkan dia dan dapat melakukan pembalasan kita terhadap dia!"; Yeremia 38:22 “Sungguh,
semua perempuan yang masih tinggal di istana raja Yehuda digiring ke luar ke
hadapan para perwira raja Babel sambil berseru: Engkau diperdayakan, dikalahkan
oleh sahabat-sahabatmu. Tetapi baru saja kakimu terperosok ke dalam lumpur,
mereka sudah berpaling pulang.”; Obaja 1:7
“Sampai ke tapal batas engkau
diusir oleh semua teman sekutumu; engkau diperdayakan, dikalahkan oleh sahabat-sahabatmu.
Siapa yang makan sehidangan dengan engkau memasang jerat terhadap engkau. —
Tidak ada pengertian padanya.”; dan Zakaria 13:6 “Dan
apabila ada orang bertanya kepadanya: Bekas luka apakah yang ada pada badanmu
ini?, lalu ia akan menjawab: Itulah luka yang kudapat di rumah sahabat-sahabatku!".